Skip to Content

Kepergian Kakek, Cerpen: Ag. Andoyo Sulyantoro

Foto Ag. Andoyo Sulyantoro

Cerpen Kepergian Kakek, Puji Tuhan sdh bertemu rumahnya, Majalah Derap Serayu, PemKab Banjarnegara, Ed. Mei 2016. Tks.
Kepergian Kakek
Cerpen : Ag. Andoyo Sulyantoro
“Kak…kak…kaok!” miris suara Burung Gaok mengiris malam sunyi gerimis di sebuah dusun terpencil. Entah darimana, asal muasal suara burung sejenis gagak itu, mencipta suasana merinding segenap warga yang tengah berduka. Kamituwa dusun sakit parah usia delapan puluh tahun. Termasuk tua, menjelang uzur menuju senja. “Kak…kak…kaok!” suara itu terdengar semakin keras, menyengat gendang telinga, bagai sengatan listrik ribuan mega watt. Lalu, selang beberapa menit kemudian, ”Kakek…?. Bapak…?. Simbah?”. Lengking tangisan, hujan air mata di sudut kamar sebuah rumah di dusun itu.
***
KETUKAN PINTU di rumah itu. Sering kali membuat hantu kegaduhan bagi seluruh penghuni rumah. Aneka macam nada ketukan. “Tok…tok…tok!!!” Penghuni rumah tidak membuka pintu, mengintip dari balik gorden jendela. Hantu ketukan di pintu rumah, ngeloyor pergi sambil mengumpat menggerutu. “Assalamu’alaikum. Tok…tok-tok…tok…tok!” Anak sulung lelaki si empunya rumah membukakan pintu rumah. Keluar menemui hantu yang ditandai ketukan di pintu rumah. “Simbah putri sudah lama pergi! Doakan ya, simbah kakung tidak menyusul!” pekik seorang bocah, anak si empunya rumah. Hantu yang lain ketukan pintu di rumah, berlari menjauh sembari ketakutan. Kilatan cahaya sang hantu, barangkali sebab terburu-buru menabrak tiang pancang speaker mushola depan rumah. Tiang pancang yang terbuat dari bambu tali itu pun roboh. Speaker jatuh. Hancur! Hantu-hantu yang lain, yang kesekian puluh berdatangan silih berganti singgah di rumah itu, tanpa mengucapkan salam. Apalagi jabat tangan persahabatan. Hantu itu, bergerombol-gerombol ngacir terbirit-birit. “Gedubrak!” suara apalagi itu. “Kenapa dimana-mana ada hantu? Mengapa rumah ini dikepung hantu-hantu dengan ketukan-ketukan di pintu?” gumam si bocah pemberani, padahal semula ia dikenal sangat penakut.
***
PERKENALKAN nama saya hantu celeret gombel. Saya terbiasa hidup dari satu pohon berpindah ke pohon yang lain. Saya sejenis binatang omnifora, pemakan serangga dan daun-daunan hijau. Saya lebih mengutamakan keharmonisan hidup, keseimbangan rantai makanan simbiosis mutualisme. Saling menguntungkan. Menurut pendapat sesama hantu binatang, warna tubuh saya tidak menarik minat predator lain untuk memangsa tubuh saya. Namun, saya juga tidak akan mengusik siklus kehidupan sesama binatang lain. Saya terbiasa terbang dari pepohonan, sembari menjulur-julurkan lidah. Sesekali saya nyaris terpelanting jatuh menyentuh tanah. Karena kurang cepat mengepakkan sepasang sayap, dan saya kurang enjoy ketika terbang. Acap kali, saya merasa bagaikan seekor burung yang sedang bermanuver akrobatik di udara. Akan tetapi, saya bukan burung. Dua pasang kaki, bulu-bulu nan indah menempel di tubuh, paruh yang tidak berlebihan, mata dan telinga yang apa adanya ini, menawarkan pesona pembeda bila dibandingkan jenis efrata lain. Bila musim kemarau, saya lincah bergerak mengumpulkan makanan. Guna ditabung persediaan musim hujan. Musim paceklik untuk keluarga hantu kecil saya, keluarga hantu celeret gombel. Manakala musim penghujan tiba –cuma sesekali saja saya terbang di antara pepohonan. Saya dan keluarga hantu lebih banyak berdiam berteduh di sarang, di lubang-lubang dahan pepohonan. Alhamdulillah, lubang-lubang dahan pepohonan yang saya tempati ini tidak gampang lapuk. Kokoh dari terjangan angin, hujan, sambaran petir, dan berbagai mara bahaya. Kadang-kadang tetangga sesama serangga, efrata atau pun musafir burung singgah sekedar bertandang bertamu ke rumah.Tidak ada jamuan mewah untuk tetamu. Sekadar tetes embun di daun-daun, dan pemandangan indah di bawah. Nun, jauh di bawah sana, bila dilihat dari ketinggian pohon.
***
PERKENALKAN nama saya hantu celeret gombel. Saya terbiasa hidup dari satu pohon berpindah ke pohon yang lain. Saya sejenis binatang omnifora, pemakan serangga dan daun-daunan hijau. Saya lebih mengutamakan keharmonisan hidup. Saya sekeluarga dan segelintir minoritas hantu celeret gombel; binatang sejenis serangga yang jarang dipandang sebelah mata oleh manusia. Bahkan margasatwa lainnya. Saya terbang hinggap dari pohon yang satu ke pohon yang lain. Dari pohon yang satu, pohon kelapa. Saya melihat suatu pemandangan indah nan jauh di bawah sana. Ada sebuah pedusunan dipenuhi tetumbuhan hijau subur gemah ripah loh jinawi ditempattinggali oleh manusia-manusia yang khusyuk khidmat dalam menjalankan ajaran agamanya. Ada satu simbol bangunan tempat ibadah, mereka menamakannya masjid, atau surau. Dari atas pohon yang lain, suatu saat saya hinggap merayap di pohon jati. Saya melihat pemandangan di suatu dusun seberang, sebab dibatasi aliran sebatang sungai. Dalam suasana berbeda. Ada satu dusun penuh tetumbuhan hijau subur gemah ripah loh jinawi ditinggali oleh manusia-manusia yang khusyuk khidmat dalam menjalankan ajaran agamanya. Ada satu simbol bangunan tempat ibadah, mereka menamakannya gereja, atau kapel. Harmoni hidup para warganya di kedua dusun yang damping-mendamping letaknya itu, amat menarik hati saya menggubahnya dalam baris-baris lelagon ini.‘Cempe, Cempe undangna barat gedhe, tak opahi banyu tape...Holobis kuntul baris. Holobis kuntul baris’. Bila ada hajatan seremoni hari raya warga yang menganut keyakinan lakum dinukum waliyadin, maka yang menyelenggarakan acara hajatan itu dengan ikhlas tanpa ada unsur paksaan, yakni warga yang berbeda keyakinan. Katakanlah, mereka yang beribadat di kapel atau gereja. Sebaliknya, apabila ada seremoni perayaan Natal, hari raya kelahiran Isa Almasih, maka yang bergotong royong bertanggung jawab menyiapkan dan mengelola uba rampe acara perhelatan tersebut, warga muslim. Kedua warga dusun tersebut, hidup selaras harmoni, menjaga keseimbangan antara sesama kaum. Masing-masing saling menjaga toleransi hidup dan kerukunan kehidupan beragama. Masing-masing mendalami, menghayati dan menjalankan ajaran keyakinannya tanpa menyinggung, menyakiti hati dan perasaan pemelukl ainnya yang berbeda keyakinan. Pengejawantahan ajaran cinta kasih bagi sesama. Blangkon, baju kejawen, sarung, sandal jepit, mukena, tasbih, rosario dan macam ragam makanan khas dua dusun tersaji komplit. Demikian alami. Nasi tumpeng, kluban, rempeyek, minuman purwaceng, mie ongklok, serabi, cenil, minuman dawet, cendol. Dan seabreg makanan minuman terhidang di meja perjamuan. Apa adanya.
***
PERKENALKAN nama saya hantu celeret gombel. Saya terbiasa hidup di antara pepohonan. Saya sejenis binatang omnifora, pemakan serangga dan daun-daunan hijau. Saya lebih mengutamakan keharmonisan hidup, keseimbangan rantai makanan simbiosis mutualisme. Saling menguntungkan. Warna tubuh saya tidak menarik predator lain. Namun, saya juga tidak akan mengusik siklus kehidupan sesama binatang lain. Saya terbiasa terbang dari pohon ke pohon, sembari menjulur-julurkan lidah berwarna kekuningan. Acap kali saya merasa bagaikan seekor burung sedang bermanuver akrobatik di udara. Akan tetapi, saya bukan burung. Sepasang kaki saya, bulu-bulu indah menempel di tubuh, paruh yang pendek, indahnya mata dan telinga, menawarkan pesona makhluk ciptaanNya, yang nyaris terabaikan. Oleh siapa pun. *** “Kak! Kaok!” terdengar suara Burung Gaok lagi. Bleber. Hening. Sunyi suasana dusun dan rumah kamituwa seketika berubah riuh gaduh dengan hujan air mata. Segenap warga dusun itu. “Ruh kakek telah pergi terbang dipatuk Burung Gaok yang terbang di malam kelam,” bisik ibu lirih kepadaku, anak sulungnya juga cucu laki-laki pertama kakek. Aku pun tertegun kelu, menangis tersedu-sedu, genangan air mata segenap sanak kerabat dan keluarga. Duka*** Purbalingga, akhir 2015.
Biografi:
Ag. AndoyoSulyantoro,S.Pd. lahir di Purbalingga, Jawa Tengah. Menulis karya fiksi dan non-fiksi yang diterbitkan oleh media massa lokal dan nasional serta sejumlah buku antologi bersama. Sekarang, Andoyo diberi amanah menjadi abdi negara, PNS Penata Muda Tk. 1/III b, di Kabupaten Purbalingga, Jateng. Domisili: Bendungan Rt 02/Rw II No. 48, Simbarejo, Selomerto, Wonosobo, Jateng 56361. No. HP (aktif) : 0852 9379 9648. Post-El : andoyosima@yahoo.com. Facebook: Ag. Andoyo Sulyantoro. Twitter: @Agustinus Andoyo. Blog: AgustinusSulyantoro (agustinus0573@gmail.com). Instagram : @Ag. Andoyo Sulyantoro.***

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler