Skip to Content

Malu Pada Langit dan Bumi

Foto Yan Firmansyah

 Malu pada langit yang tiada hentinya mencaci, menertawai, malu pada bumi yang tiada hentinya bergoyang seakan mempermainkan. Tiada kata malu untuk negeri ini, telinga negeriku tak dapat mendengar tangis, rintihan rakyat, mata negeriku tak mau lagi melihat mata anak-anak yang mengeluarkan air mata darah. Hati negeriku tak lagi terenyuh ketika kami melihat negeri ini menangis.

Seakan tiada lagi kesejahteraan, keadilan, yang melindungi kami dari ganasnya roda kehidupan, yang semakin terasa melindas tubuh kami layu dan menjadi mati. Negeriku menangis, kami menangis dan kami menangis. Melihat martabat negeriku di injak negeriku sendiri, dihempaskan kedalam jurang kehancuran yang selama ini menghantui kami, menyeret kami dan mencabik-cabik suara kami.

Saat ini negeriku lemah tak berdaya, negeriku yang dulu bagai singa pemangsa dan kini kehilangan keberaniannya, sehingga keledai-keledai dari negeri tetangga merebut tanah kelahirannya. Dimanakah kini negeriku berada? Satu demi satu hilang dari pandangan dunia. Bukan duduk berdiam bersendawa yang kami inginkan, kobarkan kembali keberanianmu yang dulu hilang.

 

Babakan Sawo Tasikmalaya, 2014

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler