MONOLOG PEREMPUAN BERMATA BASAH 2

Perempuan itu mengira
Tuhan mengirimkan sebuah hati agar melengkapi hatinya.
Begitu yakin dengan seluruh kata yang terekam di segenap hati dan fikirannya.
Begitu tersanjung karena perempuan bermata basah seolah menjadi cinta pertama. Dengan sadar menerima sekalipun separuh hati yang lain telah menempati ruang rahasia sang pembawa lentera.

Celoteh jangkrik riuh menyanyikan hymne tentang senandung purba. Seberapa lama malam kau tunggui hingga kata kata hanya ceceran kisah tak bermakna. Mengertilah wahai perempuan bermata basah di ujung malam tempat kau renungi degub jantung Jendela dan pintu tak akan lagi riang terbuka, sudah muak malam mengisahkan lelucon tentang serangga yang berisik memekakan telinga

Tutuplah jendela turunkan tirai bersulam bintang. Katakan pada malam air matamu telah habis terkuras di sebuah telaga tempat pertama kau menunggu sepenuh cinta.

Menepilah sejauh langit dan bumi. Diamlah, nikmati saja denyut nadimu yang menggigil mendekap tubuh lungkrahmu. Tak akan lagi pintu terketuk membawa salam paling mawar bagi hatimu. Bukan seperti itu maukuuuuuu !!!
Kau berteriak sampai seluruh daun daun berguguran tergeletak di sepanjang selokan yang kering dan berbau.

Dengar perempuan kau tak punya hak mengatur kemerdekaan hati yang lupa menjaga perasaanmu. Maka diamlah jangan pernah menunggu dan berharap karena kau tak lagi berharga masih banyak tawa yang merdu yang menjanjikan kegembiraan di sepanjang malam. Kini kau telah tenggelam pada rasamu yang tertinggal di pojokan kamar.Sudahlah...

Za 07-09-2014