Skip to Content

Narapidana Surga

Foto Steven Sitohang

Segala jenis makanan sudah tersedia di piring permainan dunia. Tidak seperti piring biasa. Yang satu ini besar, dan semua-muanya ada diatasnya. Gelas dengan berbagai macam minuman juga. Hingga makanan penutup disediakan disana. Sebagai alatnya pun sudah tersedia sendok, garpu dan pisau. Tinggal engkau eksekusi saja.

Ya, amatilah dulu. Berdoa jika engkau mau. Atau minumlah air segar itu sebelum menyantap ayam bakar, ikan mas arsik, ikan teri dengan sayur asamnya. Janganlah malu-malu, semua ini disediakan karena ini semua milikmu. Terserah orang ingin menyebutmu bos, tuan tanah, penguasa atau raja. Itu tidak penting. Juga, jika sekarang engkau sedang di bawah, memiliki persoalan keluarga dengan segala emosinya. Atau di bawah karena kesulitan ekonomi hingga tersisah celanamu yang tak berkantong untuk menyimpan sesuatu yang mereka anggap penting. Itu bukan masalah.

Engkau tahu perutmu sudah kosong beberapa hari ini. Engkau lemas, dan lelah karena bersandiwara di pentas yang tidak ada sutradara. Mahluk seperti engkau ini selalu ingin pilihan, memiliki hasrat untuk menang, dan berdoa agar angin keberuntungan ada di sisimu. Semua tersedia, ada di piring besar itu. Pilihlah sesukamu. Manusia dengan segala kebaikan, pesona, dan kesombongannya adalah baru bisa disebut manusia. Dan angin sendiri tidak selalu meniup ke satu arah. Dia juga ingin dirinya sendiri bahagia.

Sudah cukup engkau berdoa?. Iya, nikmatilah dulu es buah itu. Ternyata engkau menyukai buah, bukankah anggur dan jeruk itu nikmat rasanya. Silakan. Nikmati terus.

Manusia memang cerdas. Engkau santap nasi goreng spesial itu, dengan irisan daging ayam, bakso sapi, udang bersama sayurannya sekaligus. Engkau memang jenius. Ya, senyumanmu pun indah dibandingkan mahluk yang lain. Dengan kebahagian dalam makanan ini, cahaya matamu memancarkan rasa puas. Dalam satu suap engkau dapat rasakan manis, asin, asam dan pahit bukan?.

Coba yang ini, ini adalah sup terlezat yang manusia pernah buat. Nikmatilah duniamu ini. Nikmati dengan terus berusaha membuatnya menjadi paling indah, hingga lapar perutmu, lapar otakmu, lapar nafsumu, lapar hasratmu menjadi penuh dan kenyang. Dan engkau pun tahu, engkau takkan berhenti di situ, engkau akan menunggunya lapar kembali, kemudian mempersiapkannya dengan memasak yang lebih lezat. Membantainya untuk dimampuskan di dalam perutmu dan menjadi sampah yang hanya berguna untuk dibuang sejauh-jauhnya.

Makanan penutup?. Ambilah pudding coklat yang disirami susu itu, bisa juga ditaburi sirup dengan rasa yang engkau suka. Atau es buah lagi?. Telur ikan?. Tidak!, aku punya yang lebih nikmat dan sederhana. Kesederhanan pun terkadang jadi kenikmatan. Secangkir kopi panas dan sebungkus rokok. Ya, engkau pasti menyukainya. Nikmatilah sambil membaca koran, dengan berita tentang apa yang dilakukan suadara-saudaramu.

Engkau akan tahu kabar mereka setelah membacanya. Setiap harinya ada saja berita. Ada saja yang mati dan ada saja yang membunuh. Ada yang nilai saham perusahaannya naik, dan ada saja yang korup. Itulah duniamu, dunia manusia. Dunia yang engkau buat dengan segala ilmu, kebaikan dan kesombongan dalam otakmu. Engkau kesepian, dan engkau tahu itu. Maka engkau banyak membuat hal indah di tanah ini untuk melupakan sepi itu. Engkau merasa terkurung dan engkau membuat surga untuk menghilangkan rasa itu.

Tapi jangan pernah engkau lupa. Jika engkau membangun gedung tertinggi, di sana akan ada gedung terendah. Jika engkau membangun kota paling terang dan sibuk dan tidak pernah tidur, di sana akan ada kota yang gelap, dipenuhi pemalas yang tidak suka aktifitas. Ada kesuksesan, ada kegagalan. Jika engkau menang, berarti dia yang kalah, atau sebaliknya. Ada jahat, ada baik di dalam dirimu. Engkaulah yang membuat semua itu menjadi nyata. Engkau jugalah yang menyebut tugas manusia menjadi manusia. Dan engkau mendengarnya.

Sekarang engkau mencoba mencari kambing yang sudah kau makan dengan nafsu. Engkau terus mencari kambing itu siang dan malam, kambing yang berbulu hitam. Bagaimana itu bisa terjadi, kapan dan dimana engkau mencari. Mengapa, apa dan siapa sudah engkau jelaskan sendiri. Engkau terus mencari apa definisi sebenarnya manusia. Hingga dengan sadar kambing hitam itu untuk jawaban ketidaksadaranmu dikurung dalam sangkar yang dibuat manusia menjadi surga.

 

(Kayu Agung, Palembang. 1 Agustus 2014)

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler