Skip to Content

pojok warung kopi (sambungan `di sudut warung kopi)

Foto ARZapata

Malam minggu ini, suasana warung kopi seberang agak di luar kebiasaan, kali ini terasa istimewa, bukan karena ramuan baru kopi, namun adanya kehadiran beberapa orang tak dikenal, lebih tepatnya beberapa pemain catur dadakan yang menyemarakkan warung kopi dengan memperagakan permainan catur, yang menurut beberapa `expert` lokalan, mereka sangat piawai dalam memainkan anak catur....

mengikuti rasa penasaran, aku merapat di kerumunan orang-orang, melihat dan memperhatikan langkah-langkah catur, sesaat aku tak menemukan sesuatu langkah yang dibilang istimewa, atau lebih tepatnya langkah-langkah kejutan.....

Aku mencoba bersabar mengamati dan mengikuti irama permainan, dari saling bertahan dan  saling menyerang, seperti halnya aku yang asyik mengamati papan catur, orang-orang dikerumunku tak bergeming untuk meninggalkan tempat, sehingga permainan menginjak masa kritis, dimana posisi buah putih terpojok, cukup buah hitan melangkah satu langkah raja buah putih jatuh, terdengar tarikan nafas panjang dan kernyit dahi pemegang buah putih, tanda berfikir keras untuk menyelamatkan sang raja.....

Penonton teraduk emosi dan sesekali akupun turut larut dan menahan nafas......

Posisi raja buah putih lurus dengan raja buah hitam, dengan sekali luncur benteng hitam, sanggup menamatkan riwayat, raja buah putih masih mempunyai satu bidak, disisi depan sebelah kiri sang raja, tinggal satu langkah bidak promosi menjadi apa saja kecuali menjadi raja tentunya.

Untuk membebaskan raja putih tertunda kekalahannya, sang raja digeser satu langkah ke kanan, dan bidak dikorbankan....dan kalaulah tidak ingin kalah, promosi bidak ....tetapi bagaimana caranya?

Pada pemikiran awam, atau pemain catur biasa, promosi bidak yang paling bergengsi, adalah menjadi menteri, namun pada permainan ini, menjadi menteri bukanlah solusi, percuma saja, sewaktu benteng bergerak skakmat, raja putih tak berkutik.....

Tiba-tiba pemain pemegang buah putih melangkahkan dan mengganti bidak dengan kuda!, sungguh keputusan yang aneh menurutku...

Kuda? apa istimewanya seekor kuda untuk menyelamatkan sang raja?.....

Sungguh di luar dugaan, pada posisi bidak diganti kuda, kuda sanggup mengusir raja hitam, sehingga terselamatkanlah raja putih, sungguh keputusan yang brilian!, akhirnya permainan berakhir remis!

Tanpa komando penontonpun sepakat untuk `applause`".....luar biasa!!!", gumam sebagian penonton.

Selang beberapa waktu setelah permainan berganti pemain, ku dekati si pemegang buah putih tadi...

"cak..., tinggal dimana cak?", tanyaku

"jauh mas....di bawah gunung Lawu tempat tinggal saya", jawabnya

"wuah...jauh juga ya?...silakan minum kopi dulu cak, biar kali ini aku yang bayar", spontan aku menjadi simpatisannya...

"terimakasih mas..., tidak usah repot-repot"

"ahh...tidak apa-apa, sampeyan kan tamu jauh, ini sekedar air keruh saja cak...", seperti biasa basa basi menyelinap di pembicaraan.

"wuah...benar-benar luar biasa permainan sampeyan tadi", celetukku

"ahh...biasa saja mas, kebetulan saja...."

"kalau boleh tahu...kira-kira kuncinya apa sih, agar bisa bermain seperti barusan?"

"ahh..mas merendah saja, sebenarnya semua orang bisa melakukan kok"

"iya memang semua orang bisa melakukan, tetapi itu kalau itu sudah dilakukan orang lain, alias orang yang melakukan itu meniru..nah yang melakukan tindakan awal atau yang punya ide awal itulah yang susah, betul tidak cak?"

"baiklah....kalau ilmu saya tentang catur sih sedikit mas, ehem...mungkin penjelasan saya jauh dari permainan catur itu sendiri"

"silakan cak lanjutkan...", selaku

"menurut saya, permainan catur tidak jauh dari falsafah kehidupan itu sendiri....di kehidupan kita sehari-hari ada rakyat, pak rt, pak lurah, pak camat...di tingkat lebih tinggi ada bupati menteri dan tentunya presiden atau raja....kalau rakyat ingin menjadi pejabat tentunya berusaha sekuat tenaga dan pikirannya. Kalau pejabat tidak ingin dicopot dari kedudukannya, dia akan berusaha sekuat tenaga dan pemikirannya untuk selalu mengerjakan sesuatu agar kedudukannya tidak goyah, syukur-syukur malah bisa meningkat. Cara-cara mempertahankan, meningkatkan derajat rakyat dan pejabat sedikit berbeda....kalau rakyat/bidak harus melakukan gerak yang lurus bila perlu memakai kacamata kuda, dan sesekali berjalan ke kiri dan ke kanan untuk mencari makan, rakyat atau bidak mempunyai resiko mati lebih besar karena dia tidak dibekali senjata, senjatanya hanya nurani untuk berjalan lurus.....Adapun seorang pejabat, dia harus sanggup berkreasi, bekerjasama, mengatur kekuatan sumber daya yang dimiliki, untuk mmpertahankan dan meraih jabatan yang lebih tinggi, bahkan mohon maaf, ada yang menghalalkan segala cara seperti, korupsi ...bukan hanya untuk memperkaya diri, tetapi korupsi dijadikan sarana menjilat, menyogok atasan, agar kedudukannya aman....terlalu panjang ya mas?"

"asyik juga...lanjut cak"

"ini kesimpulannya mas, biar tidak terlalu panjang, intinya sang raja harus pandai-pandai mengelola segala sumber daya termasuk rakyatnya untuk mengamankan negara dari kehancuran, jangan gampang percaya dengan kemampuan hulubalangnya, sekali-kali tengoklah kemampuan yang nyaris tak berbatas....yakni kemampuan rakyatnya"

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler