Skip to Content

Puisi Akhmad Zailani bersama 50 penyair se Indonesia dalam buku Langit Terbakar Saat Anak-anak Itu Lapar penerbit Kendi Aksara- Bali, 2013

Foto adella azizah

Bila penyair kritis protes atas demokrasi yang diperjual-belikan.

 

 

 

 

DEMOKRASI CELANA DALAM 


kau mulai jenuh mengunyah hujan dari air mata demokrasi

pagi-pagi sekali kau kibarkan celana dalam di lokalisasi

tak hanya satu tapi beratus ratus celana dalam, dengan warna yang bervariasi

padahal hari itu katanya pesta demokrasi tapi kau malah menelan ektasi

lalu; berkibarlah ratusan celana dalam buruk milik para wanita tuna susila,

berkibarkibar di sapu ijuk di atap wisma lokalisasi

seakan ingin mengalahkan semaraknya bendera Parpol

Imbauan 5 menit pilihan anda dalam bilik suara sangat menentukan masa depan bangsa

keok dengan tuntutan perut; yang penting ada duitnya

 

tak puas mengibarkan ratusan celana dalam buruk, kau juga mulai mengumpulkan kutang

kutang usang yang bukan utang

 

di dalam bilik kecil, kau juga sempat mengedor pintupintu wisma

saat pintu dibuka kau mengambil celana dalam dan kutang

di tepi ranjang

padahal di dalam bilik 2 orang lagi asik bergoyang di dipan

 

mana yang lebih penting; 5 menit di dalam bilik suara Pemilu

atau 5 menit saat pencoblosan di dalam bilik bersama pelanggan?

di bilik suara mencoblos dengan dengan bayaran murah plus janji palsu

di ranjang lokalisasi dicoblos dengan bayaran yang lebih mahal plus bonus

 

(ketika ranjang asik bergoyanggoyang, seorang politisi asik berpidato di layar televisi)

 

detikdetik menjelang pencoblosan, ratusan wanita tuna susila terburu-buru

antri di depan bilik suara, tak pakai celana dalam dan kutang

5 menit lagi pencoblosan suara ditutup, birahi perlu segera dituntaskan

dicoblos dulu baru mencoblos

sekalipun harga mencoblos lebih murah dari harga dicoblos

 

suara rakyat diperlukan pada saatsaat tertentu

kebutuhan perut dan di bawah perut diperlukan setiap saat

apakah 5 menit di dalam bilik suara lebih menentukan

daripada 1 menit ejakulasi di dalam kamar lokalisasi?

 

Kau masih saja mengunyah air mata demokrasi

menulisi sejarahsejarah yang kelam dari periode ke periode

menghitung suram selama 5 menit dalam bilik suara

tanpa memakai celana dalam dan kutang

karena demokrasi telah mati

 

 

 

*Protes para Penyair Se Indonesia  melalui buku Antologi puisi -prosa Liris 50 Penyair Indonesia(penerbit Kendi Aksara- Bali)

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler