Skip to Content

Romantika Ruang Guru

Foto Iyus Yusandi

Romantika Ruang Guru

Oleh Iyus Yusandi

 

Pada jam kosong tiada jadwal ke kelas terpampang, beberapa guru berada di mejanya masing-masing. Ada delapan meja terisi dari 57 meja yang ada di ruang guru. Mereka mengisi jam kosong dengan kegiatan mereka. Delapan meja digiatkan oleh entri data hasil USBN kelas XII. Satu demi satu lembaran-lembaran itu masuk layar leptop. Heningnya beberapa saat, sisanya dihiasi topik-topik menarik sekitar tugas dan tanggung jawab.

 

Suasana makin hangat tatkala mentari beranjak siang. Sinarnya menerangi alam mendukung sistem hidup dan kehidupan. Kehangatan pun bertambah lantaran satu guru meja berhiaskan sepiring gorengan serba dadakan. Goreng tempe, gehu, dan bala-bala memancing kebersamaan para guru. Mereka berkumpul dalam kehangatan itu, meja dikelilngi bersama. Tiadalah lama kelangsungan gorengan itu. Dalam sekejap pun lenyap tak berbekas.

 

Kehidupan kembali pada kegiatan masing-masing di ruangan guru itu. Hidup adalah menghadapi masalah. Hidup adalah perjuangan tanpa henti. Sepanjang hidup, sepanjang itu pula masalah membayangi. Seseorang tidak akan dapat menikmati hidup tanpa adanya masalah. Karena masalahlah pikiran dan perasaan bergerak dinamis. Hidup pun menjadi indah dan mengesankan bila pandai mengambil hikmah indah di balik masalah.

 

Aku masih duduk di mejaku, di depan leptopku kunikmati Susana di ruang guru. Ruangan yang berhiaskan meja-meja ditumpangi sejumlah buku-buku di atasnya.

“Saha ayeuna bagean masak?” Tanya bu Dede memecah hening di ruang guru.

“Tuh pa Ocong!” jawab pak Dede.

“Ari K-Mob kumaha ieu? Ayeuna April, kan?”  Tanya pa Deden.

“Ah, lemot. Masa dari jam 06.50 muter melulu ni hp!”

“Horeee, absen berhasil, tapi telat 3 jam 25 menit!” teriak seorang guru dari tengah ruangan.

 

Aku yang sejak tadi gak nimbrung, masih berkutat di depan leptop. Kuselesaikan tulisan-tulisan kecil berupa puisi. Saat itu, lay out antologi puisiku tinggal menyentuh penulisan halaman. Deretan testimoni dari beberapa kawanku yang bergerak di bidang literasi dan tulis-menulis sudah kusuntingkan di dalam lay out buku antologi puisiku. Bagian daftar isi, sekapur sisir penulis, bahkan kata pengantar dari pakar pun selesai dirapikan dalam lay out itu. Lay out sudah hampir 166 halaman, Cover Buku tulisan pribadi kedua ini pun sudah kusiapkan.

 

“Bolehlah bernapas lega, Udud dulu ah!” aku berdiri meninggalkan mejaku di ruang guru. Aku pun masuk ke rest area. Sebuah ruangan dikelilingi kaca riben gelap dihiasi sofa terpasang menyudut, membentuk ruangan. Sofa itu bisa dipakai berbaring 2 orang di masing-masing posisi. Ruang rest area itu ada di lantai 2 peris di ujung tangga sebelum ruang guru. Hening sendiri dalam ruangan dengan mengisap rokok refill kesukaan. Sesekali kureguk segelas kopi hitam yang menemaniku saat itu. Kunikmati kemerdekaan, bebas tanpa beban tugas. Utamanya mengingat nama-nama yang berderet dalam absen.

 

Pikiranku lari ke rumah. Satu nama muncul di hatiku, di sela-sela deretan nama yang terpampang pada absensi kelas. Satu wajah yang muncul di malamku. Diam di sela-sela berlian yang bertaburan di lautan angkasa. Dari kejauhan dapat kulihat ia tersenyum, mengatakan bahwa ia akan selalu menungguku pulang untuk mengecup keningnya. Ia yang menemani hidupku selama ini. Sepanjang usia dinas, bahkan sebelumnya. Ia yang telah mengasuh 3 orang putra-putriku. Membuatku sadar: cintanya yang seluas samudra telah menuntunku pada ujung penantian. Usia senjaku, bahkan kematianku. Penantian di ujung waktu, yang aku sendiri pun tidak tahu.  

 

Ia adalah pemilik senyum manis, yang selalu saja mendebarkan jantungku. Meski kadang kala dihiasi cemberut di bibir lembut itu, malah semakin menggemaskan rasa. Semua membuatku tak kuasa menahan hasrat utnuk mencubit sintal tubuhmu. Lembut tutur kata memanjakan indra dengarku hingga terngiang selalu, memabukkan akal sehatku sampai ku terbuai dalam pelukmu.

 

Kini tubuhmu terganggu batu di empedu. Kristal berukuran 0,9 itu mengharuskan berpuasa dari gorengan-gorengan berlemak, bahkan rasa pedas bumbu masak. Sebulan lamanya tubuhmu terbaring, tapi semangat sehatmu itu tetap menyala dan membara dalam dada. Segala upaya ditempuh, dokter demi dokter. Diagnosis-diagnosis menghasilkan tumpukan rekam medis berjejal. Pengobatan alternatif pun tak luput dari upaya penyembuhan. Hingga sampai pada dua tangan merefleksi tubuhmu.

 

“Deolit Ursodeoxycholic Acid nan pahit harus kutelan setiap hari,” kata istriku dengan penuh semangat. Dan itu ia katakana setiap hari selama sebulan ini.

“Aku harus jagjag waringkas. Aku harus sehat.” Tambahnya.

“Dan hari ini jadwal bertemu dokter cantik nan ramah.” Antusias istriku.  

 

Lamunanku terhempas dengan suara bel istirahat berbunyi. Tak lama datang kawanku bergabung di rest area saat itu. Ia menyulut rokoknya, setelah bersalaman dan menyapaku. Ia pun membawa gelas kopinya. Kawanku baru keluar dari kelas dan istirahat di ruangan itu.   

 

“Kumaha K-Mob, Kang?” tanyanya sambil menjabat tanganku. Ia duduk di sisi kiriku.

 

“K-MOB, aaaah! Itu kan masih uji coba sampai 5 April.” jawabku.

 

“Emang, sih.” Jawab kawanku.

 

“Setiap manusia memiliki peran masing-masing. Begitu juga guru. Pernahkah para penentu kebijakan berpikir bahwa kalian berada di jabatannya sekarang di antaranya karena peran guru. Lalu apa yang disangsikan dari kinerja kami? Jika sekarang kami menikmati kesejahteraan, itu hanyalah seujung kuku dari kesejahteraan yang kalian terima. Bukankah, sebuah negara dan bangsa akan maju jika kiprah guru dihargai?....

K- Mob, satu sisi meningkatkan disiplin pegawai. Tetapi kami memang sudah disiplin. Pernahkan kalian mengkaji, bahwa dampak psikologisnya luar biasa! Tatanan karakter yang kuat di sekolah  jadi lemah. Senyum salam dan sapa siswa mulai punah. Hilang semangat  mengambil sapu dan kemoceng, untuk giat bersih bersama. Berangkat terburu-buru bahkan beberapa guru jatuh dari motor karena hati dan pikiran mengejar target K-Mob! Berangkat dengan hati dan pikiran cemas dan merasa bersalah, karena di rumah jadi sering marah.... Karena si kecil harus berangkat satu tujuan di jam berbeda!

Semua guru sibuk selfi, berkeliling sekolah mencari sinyal. Bahkan sampai jam belajar pun masih beraksi! Masuk kelas dibebani rasa kecewa yg akhirnya berpengaruh pada situasi pembelajaran. Dan semua itu karena K-Mob!

Bagaimana kalau pemerintah mengadakan kajian dan dialog, sudah siapkah server K-Mob melayani semua ASN? Bagaimana yang di pelosok sementara yang di kota saja bermasalah? Bagaimana dampaknya terhadap psikologis ASN terutama guru,  berkaitan dengan banyaknya masalah K-Mob? 

Karena ..... Akupun, mengalami hal sama. Bukannya meningkatkan pelayanan terhadap siswa... Tiba di sekolah jam 06.20, dan jam 08.00 belum berhasil absensi! Satu jam lebih aku kehilangan waktu yang sebenarnya bisa kumanfaatkan untuk ibadah. Dan bukan hanya aku.... Bayangkan, apakah K-Mob tidak merubah tatanan karakter yang sudah ada? Jika beribu guru akhirnya lebih fokus pada HP?  Kami hanya pegang hp dan seperti orang stres Pagi hari terutama, kami terus -menerus selfi! Karena ketika terlambat absensi maka tunjangan akan dipotong! Hanya itu yang sudah tertanam di otak kami. Apakah tidak ada kebijakan lain? Sementara hand key dan finger print sudah tertempel di dinding sekolah kami.... Sore hari pun kejadian terulang. Pulang terlambat gara-gara K-Mob! Datang di rumah dengan bad mood. Lalu kemana peran seorang IBU bagi keluarganya jika hal ini kerap kali terjadi??? (hanya keluhan seorang guru yang kehilangan waktu dan cemas dengan perubahan tatanan karakter di sekolah dan di rumah).” Beberapa keluhan para guru.

 

“itulah keluahan para guru pada umumnya, kawan.” Aku menambahkan.

 

Tak lama obrolan di ruang rest area. Ami pun kembali ke ruangan guru. Bergabung dengan mereka yang berhias penuh gelak dan tawa.

 

Ruangan pun kembali sepi. Guru-guru pergi ke kelas masing-masing sesuai jadwalnya.

 

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler