Skip to Content

Senandung Iblis

Foto Yuliyanto

Aku adalah Iblis dengan dua tanduk merah di kepalaku. Tandukku merah, sangat merah. Tapi kadang-kadang hitam dengan kebul asap-asap menyengat oleh gairah badaniahku. Rambutku terurai panjang dengan pucuk-pucuknya yang tajam. Menandakan bahwa naluri badaniahku juga tajam. Air liurku berbau anyir, selalu menetes-netes ketik aku bersetubuh dengan istriku.
Mataku sayu dan lebam. Tetapi, ketika aku bercinta dengan istriku, mataku berubah menjadi terang benderang dengan bola matanya kemerah-merahan. Kemudian ujung setiap sisi mataku yang meruncing ketika aku bercinta, menandakan naluri badaniahku yang menggebu-gebu.
Warna kulitku terang. Aku adalah pejantan iblis yang sangat digemari betina iblis. Tapi aku tak meenggemari mereka. Aku lebih menggemari tubuh istriku. Dia juga menyukai warna kulitku yang terang. Katanya, “Sentuhan kulitmu lebih dari seribu lelaki yang pernah meniduriku”. Mungkin maksudnya aku sungguh sangat menawan dengan warna kulitku yang terang, dan naluri badaniahku yang sangat menggelora.
Di punggung sebelah kiri diriku, tepatnya di bagian kiri belahan belakang tubuhku terdapat tato naga. Sebuah gambar iblis dari negeri China. Aku mendapatkannya dari seorang pelancong jauh yang menjadi tukang tato di negeri China. Tentu saja aku pernak ke China. Negeri seribu bambu warna-warni daun dan batangnya. Yang konon dari sepotong cerita tetua di sana, bambu itu dapat memenjara iblis di dalam lubang-lubangnya., dan mengunci rapat-rapat penjara itu melalui mata-matanya yang tajam.
Waktu itu aku ke China bersama istriku. Tapi di sana aku bercinta dengan banyak wanita. Wanita-wanita dengan ujung payudara yang tajam. Mereka suka sekali dengan gigi-gigiku yang menyeringai, yang sesekali menarik urat-urat payudara mereka. Lalu mereka berteriak kegirangan dengan desah nafas yang mengisyaratkan naluri badaniah yang meluap-luap. Aku tidak pernah membayar mereka. Mereka yang membayarku. Kata mereka, “Kau sungguuh iblis yang tampan”. Mungkin itu petanda bahwa naluri badaniahku memang sangat bergelora.
Aku hidup dalam ruang dan waktu yang tidak terbatas. Aku bisa melangkah menjangkau langit dan bumi. Bagiku ujung dunia ini hanya sejauh selangkanganku. Aku hidup siang dan malam.Aku tidak pernah tidur. Dalam ketidakterbatasan itu aku besetubuh, dalam ranjang-ranjang yang digumuli istriku maupun wanita-wanita lain.
Aku dapat melampaui batas rasional. Kadang-kadang aku manjadi asu. Kadang aku juga menjadi wedus. Dalam ketidakterbatasan itu aku bercinta. Kadang-kadang dengan asu, kadang-kadang dengan wedus. Itu menandakan bahwa naluri bercintaku sangat kuat.
Aku juga hidup dalam dunia manusia. Aku berada dalam ubun-ubunnya. Aku senantiasa mengelilinginya dalam tarian-tarian erotis dalam diskotek-diskotek telanjang. Aku menemani merek minum red wine, vodka russia, dan minuman-minuman iblis lainnya, yang menjadi minuman favorit manusia. Aku menemani menari mereka dengan tarian-tarian telanjang. Dengan bau mulut mereka yang menusuk-nusuk hidung, bahkan tembus pada permukaan molekul darah. Minuman iblis itu dapat meracuni sekalipun tanpa ditenggak.
Setelah itu menjelang pagi nongol aku masih bersama mereka. Disaat seperti itu aku masih menari-nari. Kami juga tanpa busana sehelai pun. Kami menari-nari telanjang. Kemudian mereka menebar wangi-wangian bunga di sudut-sudut ranjang. Mereka mulai mencuri-curi keindahan tubuhku. Betapa terang kulitku, rambutku yang runcing-runcing, dan mataku yang bersinar saat bersetubuh. Dan kami mulai mengadu cumbu. Manusia-manusia itu sangat menikmati percumbuhan dengan iblis. Itu menandakan bahwa iblis (aku) memang memiliki naluri badaniah yang sangat kuat.
Jangan kaget kalau aku juga hidup dalam alam Tuhan. Alam di mana Tuhan bertahta dalam kekuasaan-Nya. Aku adalah kaki tangan Tuhan dalam scuil rencana-Nya. Aku disuruh-Nya terbang ke selatan dan utara, ke barat dan ke timur, untuk menjunjung tinggi kekuasaan-Nya. Walaupun aku kaki tangan Tuhan, aku tak tau secuil pun tentang-Nya. Sudah menjadi kekuasaan-Nya untuk menutup kedua mataku dan menundukkan kepalaku saat berhadapan dengan-Nya.
Aku adalah kaki tangan-Nya untuk mencumbui alam ini. Memanjakannya dengan air liur percumbuanku. Untuk itu Tuhan menciptakan kulitku yang terang, mataku yang bersinar-sinar ketika bersetubuh, dan rambutku yang panjang runcing-runcing, untuk mencumbui alam ini.
Aku adalah iblis dengan naluri bersetubuhku yang menggebu-gebu.

Aku adalah setan. Aku istri iblis. Aku bercumbu denga iblis siang dan malam demi memenuhi hasrat badaniah kami yang menggebu-gebu. Kami memang dikaruniai hasrat badaniah yang menggebu-gebu.
Aku bukan hanya bercumbu dengan iblis. Aku juga bercumbu dengan pejantan-peejantan lain yang dapat memenuhi hasratku yang menggebu-gebu. Kadang-kadang aku juga bercumbu dengan malaikat dengan mata-mata mereka yang melonglong lebar ketika mereka menggigit leherku. Tetapi, aku tidak terlalu jelas dengan wajah malaikat-malaikat itu, karena mereka selalu mengajakku ke kegelapan saat bercumbu. Aku tidak tahu alasanya. Dan aku tidak peduli. Aku hanya menginginkan percumbuan itu, karena aku setan dengan hasrat beercumbu yang sangat menggelora.
Aku sering kali menyendiri dalam kegelapan. Dalam kesendirianku aku menyiksa diri. Aku adalah setan dengan luka hati. Mungkin aku harus menceritakan sekelumit potongan hidupku kepadamu.
Sebelum diperistri iblis aku banyak berhubungan dengan pejantan-pejantan lain. Mereka mengajakku bercumbu, berganti-ganti. Mereka menggigit-gigit leherku. Mereka menjilat manja lubang telingaku hingga air liur mereka menetes-netes berjatuhan. Mereka juga menghisap-hisap putingku yang tentu saja ranum karena waktu itu aku masih berusia belasan.
Pejantan-pejantan itu kemudian menghilang. Mereka selalu menghilang sesaat setelah kami bercumbu. Mereka belum sempat melontarkan kata-kata kotor bersama melesatnya hasrat kotor mereka, mereka sudah menghilang. Mereka menghilang tanpa buih, tanpa kata-kata kotor, tanpa dengusan-dengusan berahi, tanpa apapun. Laalu mereka menghilang. Mereka selalu menghilang sesaat setelah bercumb denganku. Lalu datang yang lain lalu hilang lagi. Lalu datang lagi lalu hilang lagi.
Pernah suatu hari aku bercumbu dengan pejantan nan sempurna orangnya. Hampir serupa dengan iblis yang menjadi suamiku saat ini. Dia bercumbu denganku sepanjang malam, sepanjang hasrat kami yang menggebu-gebu. Kami menikmati nafas-nafas kami yang hangat menggoda oleh hasrat-hasrat kami yang memuncak. Dia pandai sekali menggigit leherku, menjilati lubang telingaku, lalu menghisap putingku. Lalu dengan air liurnya yang menetes-netes membasahi tengkuk dan seluruh tubuhku, dia selalu membisikkan kata-kata kotor yang menyingsirkan hasratku. Namun, setelah itu dia menghilang. Menghilang tepat setelah kami melepas cumbu.
Aku hidup dalam kegelisahan saat itu. Aku tidak merasakan menyentuh dunia ini saat itu. Bahkan aku merasa dalam awang-awang tanpa teman satupun. Sebelum iblis menemukanku, dan mempersunting diriku sebagai istrinya.
Iblis bagiku adalah segalanya. Dia juga memiliki hasrat bersetubuh yang menggelora. Bahkan belum ada pejantan yang menandingi hasrat bersetubuh iblis aku rasa. Iblis menyeruku untuk melupakan hasratku sendiri, bahkan membencinya. Aku hanya boleh mementingkan hasrat pasanganku agar aku tahu makna atas hasratku sendiri. Selama ini, iblislah yang tak lekas menghilang saat kami selesai bercumbu. Dengan kulitnya yang terang menawan, matanya yang bersinar-sinar saat mencumbuiku, lalu rambutnya yang terurai panjang-panjang runcing, dia masih ada di sisiku saat kami selesai bercumbu.
Aku tidak tahu mengapa iblis tidak menghilang seperti pejantan-pejantan lain saat kami selesai bercumbu. Mugkin aku terlalu kagum dengan kulit tubuhnya yang menawan ? Atau hasratnya yang begitu menggebu-gebu yang mampu menerbangkanku, sehingga kami seakan-akan lekat ? Aku sugguh tidak tahu.
Aku tidak diciptakan untuk memecahkan misteri hidupku. Hidupku terlalu janggal bahkan untuk diriku sendiri. Dan iblis telah memberiku jawaban bahwa aku (setan) diciptakan hanya untuk bercumbu. Bercumbu dengan suamiku (iblis) sepanjang malam, tak kenal ruang dan waktu. Memacu hasrat badaniah kami yang begitu meluap-luap.
Kami bercumbu denga jangkauan yang tidak terbatas. Kami dapat menembus ruang dan waktu. Kami masuk dalam sela-sela seluruh kehidupan. Kami berada di atas jangkauan mereka yang tidak tahu apa-apa tentang hidupnya sendiri. Bahkan tidak mampu memaknai keringat yang menetes sebutir demi sebutir saat mereka bercumbu dengan pasangan mereka masing-masing.
Betapa iblis telah mengajakku untuk memaknai percumbuan agar aku tidak kehilangannya. Kini aku paham. Atas dasar sebuah lembaga yang letaknya justru ada di dalam diri kita sendiri yang hanya bisa kita temukan saat kita menutup mata, lalu menggenggamnya untuk kita letekkan kembali, kita bisa memaknai percumbuan kita yang menggebu-gebu atas hasrat. Lembaga itu belum aku namai. Iblis pun belum menemukan nama yang tepat atas lembaga itu, sampai aku dengan segala hasratku membuat pengakuan bahwa, aku adalah setan dengan hasrat bercumbu yang menggebu-gebu, dan iblis adalah suamiku.

Komentar

Foto Yuliyanto

wanita itu lincah

wanita itu lincah

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler