Skip to Content

SURAT CINTA UNTUK SELATAN SULAWESI

Foto WT
files/user/7805/Snapshot_20140131_15.jpg
WT

Selatan Sulawesi...

Ini hanyalah coretan sederhana, bernada ceracau. Tulisan yang belepotan, tulisan anak bawang yang masih perlu banyak belajar memuntahkan rasa lewat susunan kalimat. Ini hanyalah secuil guratan yang terkuak dari kedalaman jiwa. Barangkali saat lisan tak sempat tersampaikan, mungkin kekata tak pernah membisu.

Selatan Sulawesi... 

Mungkin terakhir kalinya saya berada di sini, di kota ini. Mungkin esok tak ada lagi yang saya dengar sapaan kanda atau pun dinda. Tapi rindu untuk kota ini selalu ada. Karena disinilah saya mengenal rindu, mengerti tentang rindu, juga merasakan rindu itu sendiri. Rindu orang tua, rindu kampung halaman, rindu sanak saudara, rindu sahabat, rindu senior dan junior, rindu mereka yang pernah, dan sedang merindukan saya. Sekali lagi, di kota para daeng ini saya memahami hakikat rindu itu sendiri.

Selatan Sulawesi...

Banyak hal yang diajarkan kota ini. Mengenal apa dan siapa, mengenal petarung dan pecundang, mengenal kawan dan lawan, mengenal benar dan salah, mengenal Tuhan lebih dekat lagi. Mengerti arti mencintai dan dicintai, mengerti kesetiaan dan pengkianatan, mengerti bahagia dan derita.

Selatan Sulawesi...

Tempat saya ditempah, tempat saya dicambuki dengan keras dan peliknya kehidupan. Hingga saya mengerti hakikat kehidupan, mengerti tentang rasa dan logika yang dititipkan Tuhan pada diri ini, mengerti simiotika dan gejolak kehidupan, mengerti dan mengenal diri saya sendiri.

Selatan Sulawesi... 

Mungkin tak banyak yang ingin saya titipkan lewat sulaman kata, tapi yang pasti selalu ada rindu untukmu. Jangan biarkan kisah cinta kita sirna, jngan dustai kisah cinta kita saat terhalang dinding jarak, dan sekat waktu. Saya tak ingin kita saling melupakan. Biarkan semuanya tersemat pada sudut-sudut kotamu.

Selatan Sulawesi...

Mungkin esok atau lusa, ada generasiku mengembara ke tempat ini, biar mereka dapat meengetahui ribuan, bahkan milliaran memoar yang ditorehkan Ayah, atau Kakek mereka pada dinding langit, pada tempat persinggahan, pada penjuru mata angin, di sudut kota ini, barangkali ada cerita inspiratif yang dapat dijadikan tongkat saat mereka tertati menelusuri lorong-lorong kotamu.

Selatan Sulawesi...

Bila saya ceritakan semuanya dalam susunan abjad, mungkin ratusa buku akan tercipta. Banyak kisah yang tercatat di atas kanvas langit tua kota perlawanan. Banyak jejak yang tertinggal di sini. Layaknya bekas pijakan sepasang kaki saat menginjaki tanah berlumpur. 

Selatan Sulawesi...

Waktu saya tidak banyak lagi di sini. Mungkin tinggal beberapa menit lagi. Saya sudahi dulu guratan ini. Terima kasih, atas segalah yang kau berikan. Saya selalu merindu. Sayonara. Samapai jumpa. 

 

Makassar,19/06/2016

#WT

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler