Skip to Content

Tersesat di Hulu Segah

Foto Abduh S

Aku berteriak sekuat-kuatnya tetapi tidak ada yang mendengarku. Tempat ini jauh dari perkampungan. Hanya belantara luas yang membentang. Binatang-binatang buas berkeliaran. Akhhh….aku bingung harus berbuat apa. Rasa takutku pun sudah hilang. Hanya ada perasaan khawatir yang menyelinap di dalam dada.

Sementara longlongan burung hutan terdengar menelan belantara. Angin kencang datang dengan tiba-tiba. Kabut tebal pun menyelimuti langit. Lalu guntur mulai bergemuruh menggetarkan rimba.

Kemudian aku naik ke atas bukit untuk melihat tanda-tanda kepulan kabut dari dapur tenda. Tetapi tanda-tanda itu tidak ada. Sepertinya aku sudah berada pada hutan lepas.

Malam pun tiba bersama guyuran hujan yang cukup deras. Tubuhku basah kuyup sebelum menemukan tempat teduh di bawah pohon yang mirip gua. Di situ kucoba menyalakan mancis. Tetapi tidak bisa menyala karena basah. Berulang kali terus kucoba tetap tidak bisa. Percikannya sangat kecil, nyaris tidak ada percikan. Namun tetap kusimpan karena siapa tau nanti bisa menyala pikirku.

Dalam keadaan basah dan becek pacat-pacat sangat girang. Ia meloncat-loncat mengejarku. Sesekali pacat daun mengisap leherku sampai berdarah-darah. Begitu juga pacat darat yang selalu berhasil menyelinap di sela-sela jari kakiku, di betisku, bahkan di selangkanganku, hingga ia terlepas sendiri setelah perutnya membesar oleh darah. Entah berapa ml sudah darahku yang hilang, aku tidak menghiraukannya.

Aku segera memotong anak-anak kayu untuk kujadikan alas tidur yang akan kubuat di bawah pohon yang berlubang mirip gua itu. Di sana menurutku aman. Air hujan tidak masuk ke sana. Meski pohon itu angker aku akan tetap tidur di sana. Aku pun mulai merancang alas tidur darurat itu.

Ketika kucoba merebahkan tubuh dengan terlentang, tanah-tanah berjatuhan menimpa wajahku. Pikirku ada rumah capung di atas sana. Lama-lama butiran tanah yang jatuh itu semakin besar. Aku ingin merabanya untuk memastikan apakah ada sesuatu di situ namun kuurungkan niatku itu karena nanti jangan-jangan ada…..

Belum selesai aku berfikir yang macam-macam ternyata sudah terbukti. Mata itu kulihat mengarah kepadaku. Terlihat berkedip. Cahanya cukup jelas di kegelapan.

Mata apakah itu. mangkinkah mata ular, mata kalong, mata beruang ataukah mata….

Kuhentikan pikiranku yang aneh-aneh itu ketika bulu kudukku tiba-tiba merinding. Lalu sebelum terjadi apa-apa aku harus pergi dari tempat ini. Satu pergi, dua pergi. Meskipun gelap aku akan tetap keluar dari tempat ini.

Aku segera bangkit dan bersiap-siap keluar. Ketika baru saja mengayunkan langkah tiba-tiba terasa ada yang menarik kaki kiriku. Aku berusaha berkelit menghindarinya tetapi tidak bisa. Syukurlah bukan apa-apa melainkan cuma tandan. ¹Mando yang selalu terhunus kugunakan untuk menebas tandan itu hingga terputus. Aku pun lolos dan keluar.

Hujan yang cukup deras dan angin kencang membuatku menggigil kedinginan. Gelap. Tak ada cahaya sedikit pun yang bisa kulihat. Aku tak bisa berjalan. Aku tak melihat apa-apa. namun sesekali cipratan kilat itu membuka mataku untuk bisa sedikit melihat celah untuk berjalan. Semoga kilat itu terus menyala. Bila perlu membakar hutan ini pikirku. Supaya aku bisa sedikit kehangatan.

Kembali aku mengingat-ingat kejadian siang tadi. Aku kehilangan arah Setelah menebang pohon ²gaharu yang kedua. Gaharu itu cukup besar. Sehingga butuh waktu untuk merobohkannya. Kemudian membelahnya untuk mencari getah. Aku hanya menemukan dua ³pokol padat di seluruh batang. Satu pokol pertama kutemukan pada saat pengetesan, yang akhirnya membuatku betah dan tidak ingin meninggalkan gaharu itu. kemudian pokol kedua kudapatkan ketika sudah mulai sore. Rasa penasaranku semakin bertambah setelah kutemukan pokol yang kedua itu. kedua-duanya jika dirupiahkan akan mendekati enam jutaan. Karena setelah kutimang-timang beratnya sekitar dua ons. Harga satu kilogram getah super sekarang mencapai tiga puluh jutaan. Jika dua ons berarti enam juta.

jenis pohon yang kutemukan itu jenis ⁴gaharu beringin. Sehingga pohonnya berukuran cukup besar. Saking besarnya, Jika dipeluk oleh tiga orang dewasa masih belum cukup. Getahnya lumayan padat. Sudah bisa masuk kategori ⁵super king. Seandainya getahnya memenuhi seluruh batang sudah dijamin ratusan juta. Tetapi sayang aku hanya bisa memasukkan dua buah pokol ke dalam karung gendongan.

Pada bulan yang lalu salah satu kelompok penggaru menjelajahi tempat ini. mereka cukup beruntung dengan hasil penjualan 300 juta rupiah. Mereka berjumlah tiga orang. kemudian pada bulan sebelum itu juga enam orang telah ⁶terombol di sini. Mereka berhasil menjual ⁷gubal gaharu sebesar 450 juta, merupakan hasil penjualan yang paling pantastis di tahun ini. sehingga orang-orang beramai-ramai berburu gubal gaharu ke hutan ⁸Sungai Segah ini.

Termasuk aku yang sedang berada di tengah belantara hulu Sungai Segah ini. yang kini tersesat jauh dari kam teman-temanku. Sudah dua hari aku tidak makan dan minum. Belum ada tanda-tanda keselamatan bagiku. Sepanjang anak sungai aku hanya bisa makan pucuk rotan. Ya, hanya itu. untuk menangkap ikan aku tidak membawa alatnya. Berulang kali kucoba menangkapnya dengan parangku namun hanya sia-sia. Mungkin butuh keahlian juga. hingga siang hari tiba aku hanya bisa memetik kembali pucuk rotan sebagai penyambung hidup.

Seandainya aku menemukan pohon gaharu yang berisi penuh saat ini, aku tidak akan menghiraukannya. Meski pun harganya ratusan juta aku tetap tidak akan peduli. Sebab, keselamatanku yang lebih penting. Dan memang cukup banyak pohon gaharu yang saya temukan. Ukuran batangnya besar-besar dan sudah kelihatan tua. Tetapi saya sudah tidak berminat lagi untuk menebangnya. Mengetesnya pun tidak.

Aku tersandar lelah di bawah pohon setelaB

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler