Skip to Content

Tidak Ada Senja Setelah Kepergian

Foto Salma Mukadar Sastra

Jika pergi adalah luka, maka tidak ada lagi senja kali ini, setelah kepergian. Adalah hujan yang turun menyelimuti beranda beranda hati, dan tubuh hingga kaku.
Jangan berfikir ini adalah permainan petak umpat yang membawa tawa kepada orang-orang yang sedang bermain.

Setelah pergi, aku yakin kau tak mampu menafsirkan bagaimana suatu perjuangan. Maka itu tuhan perlu memberi jeda , gar cinta harus benar-benar kau maknai layak penggemar kopi; walau pahit tetapi masih sempat di seruput lalu di nikmati.

Perjalanan ini memang benar-benar menguras tubuhku, pun hatiku yang tak pernah kau ketahui. balutan-balutan luka yang retak oleh akhir kata “berhenti”. Lalu setiap setia runtuh dengan cinta yang selalu kau abaikan.

Di ufuk sana, saat penantianku menunggumu dengan penuh semangat. Kini telah hilang di gulung ombak putih dan terkubur oleh butir-butir pasir. Doa tidak lagi menjadi penguat atau tahanan kepercayaan. Apa pun itu, kita adalah fatamorgana yang semakin terlihat fana. Sebab kau tak mempunyai hati dan rasa untuk mencintai.

Tidak ada lagi rumah paling nyaman. Segalanya telah terbakar dan hangus menjadi debu bersama janji-janji yang tidak harus di balas dengan baik. Bukankah begitu adanya?
Kau tidak usah heran jika yang penguasa tidak lagi mampu berkuasa selain kita. Sebab hubungan yang baik adalah kita yang mampu berbaik-baik untuk memaafkan, bukan menyimpan dendam.

Pergilah jika kau tidak ingin melihat hujan mengelilingi tubuhmu. Kau hanya perlu berteduh di antara payung yang kau anggap akan melindungimu.
Ini hanya sementara, sebab luka tidak harus aku pelihara menjadi teman sebaya, tetapi menjadi musuh yang paling haram untuk di kembalikan lagi.


Kau adalah penyesalan-penyesalan kematian yang akan benar-benar mati. Hingga kau tenggelam bersama kesesalan. Silahkan pergi!

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler