Skip to Content

Toples Kaca Pemimpi

Foto Uweeeell Sukma

Pagi itu mentari terasa hangat menyelimuti tulangku , kicauan burung membangunkan ku dari mimpi-mimpi itu, dan suara mamaku yang menggelegar membuat seisi rumah ingin sekali menutupi telinga mereka dengan kapas. Mamaku, kekasih mamaku yang akrab ku panggil om Indra , dan saudaraku yang sering ku panggil bawel. Roti gandum yang sering mama sajikan di atas rangkaian kayu jati yang kokoh sedikit menghilangkan rasa lapar dalam perut kami. Aku mulai bermimpi kembali namun hanya dalam alunan mata yang tertuju pada satu titik benda. Aku bermimpi aku merasakan indahnya mentari pagi ini dengan awan yang bertaburan di langit. Namun mimpi itu hilang saat si bawel kakakku meluncurkan gibasan tangannya di pundakku.

“ Hey jelek ! mulai kumat lagi penyakitmu dan semua khayalmu ! “.

“ Ah bawel ngagetin aja, kebiasaan banget” ketus ku menjawab.

“ Ayo cepat berangkat!” mamaku berteriak.

Mendengar suara bising itu segera ku ambil tas merahku di ruang keluarga, kedua alat penglihatanku tertuju pada satu ruangan. Kakakku menggoreskan tinta dengan alunan tangan nya pada secarik kertas kecil, entah apa yang dia torehkan pada benda putih itu. Setiap pagi sebelum aku pergi ke sekolah, aku selalu melihat kakakku melakukan hal tersebut dan memasukan benda putih itu dalam wadah bening tembus cahaya. Mulai lagi ku bermimpi di sela-sela itu , namun telingaku bergetar mendengar jam dinding marah setelah jarum jam menunjukan pukul tujuh.

“wahh!! Aku terlambat lagi!” aku berteriak dengan kencang.

Disekolah, aku masih memikirkan kakakku. Sebenarnya aku ingin tau isi goresan itu. Tapi kakak selalu melarangku menyentuh barang-barang yang ada di ruangan spesialnya. Itu membuat ku semakin ingin tau. Apa kakakku menulis semua hutang-hutangnya, atau dia menulis tentang pacarnya tapi sepengetahuanku tak ada lelaki yang dia terima dalam hidupnya kecuali papa dan om Indra. Memang dia cantik, tinngi, otaknya bisa dibilang autis saking pintarnya aku sering bilang dia si anak autis. Namun apa karena dia memiliki kanker darah sehingga dia tak mau merasakan cinta? Tak terasa mimpiku membawaku sampai pukul dua siang. Bel sekolah membangunkanku dari khayalan, seperti ada arus listrik yang merambat di syarafku menuju jantung dan otakku. Itu sangat mengejutkan.

Om Indra sudah berdiri di depan gerbang yang menurutku seperti gerbang sebuah bangunan penjara. Tinggi, besar , tertutup dan menyeramkan seperti bukan gerbang sekolah. Segera ku masuk mobil bersama kakakku. Kami berkunjung ke suatu tempat yang sering kami sebut rumah ilmu. Dimana kakakku sangat menyukai tempat ini. Semua yang kita inginkan di rumah ilmu ini selalu om Indra belikan. Itu membuat kakakku merasa bahwa om Indra pantas menjadi ayah kami. Tapi menurutku tidak sama sekali tapi entahlah.

“ Mama aku pulang !”

“ Mana kakak mu ?”

“ itu di mobil sama om Indra”

Aku sedikit jengkel kala mama lebih mengkhawatirkan kakakku, padahalkan aku juga anaknya. Mungkin karena kakakku mengidap kanker darah mamaku lebih sayang pada kaka. Tapi aku tak mau ambil pusing. Aku pun terdiam dibalut angan yang panjang.

Suatu hari kakakku dibawa kerumah sakit karena dia pingsan di sekolah. Mamaku sangat khawatir. Mungkin jantungnya berdetak tak beraturan seperti ada tekanan atau ada yang memompanya tak beraturan. Pipinya dibanjiri dengan hujan yang berasal dari mata indahnya. Sepertinya aku tak pernah melihat mama sekhawatir ini pada siapa pun. Aku tak pernah melihat mamaku sesedih ini bahkan ketika papa meninggal dia tak pernah seperti ini. Mungkin ini yang dinamakan kasih ibu, kasih ibu yang begitu besar membuat aku semakin bangga memiliki mamaku.

Masa air mata itu telah surut, kakakku mulai kembali beraktifitas. Seperti biasa sebelum pergi ke sekolah dia menulis dan memasukan nya pada benda bening itu. Aku hanya bisa melihat lalu menghiraukan aktifitasnya yang ga jelas itu. Di sekolah kakakku selalu mendapatkan prestasi yang membanggakan, salah satu prestasinya adalah menjuarai lomba maraton tingkat nasional. Meskipun tubuhnya tak sekokoh orang lain bayangkan dia bisa meraih semuanya.

Hari libur pun datang, kakakku ingin sekali pergi berlibur ke jepang. Awalnya mama tak mengijinkan. Namun setelah rayuan maut dari si bawel dan om Indra, hati mama meleleh seperti coklat yang dipanaskan. Aku tak mengerti kenapa hati mama segampang itu mengijinkan si bawel pergi. Apa hanya karena kanker darah? Kadang aku ingin memiliki kanker darah agar bisa mendapatkan hati mamaku. Namun tamparan yang sangat sakit ku terima dari kedua bibir mamaku. Aku pun hanya bisa menangis.

Kakakku pergi bersama om Indra dan saudara sepupuku, sedangkan aku hanya berlibur di rumah tante di Bandung. Itu adalah pilihan mama . aku hanya bisa menerima semua itu. Sebelum kakak pergi seperti biasa sebelum pukul tujuh dia menulis, namun kali ini tulisannya begitu panjang entah apa yang dia tulis. Setelah dia berangkat, aku ingin sekali membuka kertas yang dia simpan pada benda bening barunya. Hanya ada satu kertas di dalamnya. Namun mama melarangku tuk masuk kekamar kakak.

Dirumah tante aku mendapat beberapa pukulan yang membuatku babak belur. Semuanya menyinggung tentang prestasi kakak. Mereka tak sadar bahwa aku begitu sakit mendengar semuanya. Aku pun pergi ke kamar dan hanya bisa bermain game dalam handphone jadulku. Aku pun bermimpi kembali dan mengingat betapa perihnya ketika kakakku dibelikan smartphone yang aku inginkan setelah kenaikan kelas kami. Aku pun bermimpi kembali saat om Indra membelikan mobil baru untuk kakak di hari ulang tahunnya. Itu sangat sakit begitu sakit menyayat anganku.

Ada kabar dari Jepang , kakak masuk rumah sakit lagi. Entah yang keberapa kali dia memasuki rumah yang menurutku seram itu. Mama bingung harus bagaimana, dia hanya bisa pasrah dan menyerahkan pada om Indra untuk menjaga kakak. Aku segera pulang dan mengakhiri liburan yang sangat suram itu. Aku melihat mamaku dengan hilangnya senyuman yang sering ia gambarkan dalam raut mukanya. Senyumnya terhapus oleh semua berita kakak bahkan ketika aku pulang mama tak menyapa sepatah kata pun padaku. Sungguh sakit hati ini.

Malam itu entah apa yang kurasakan, sesuatu mendorongku untuk pergi ke ruangan kakak. Isak tangis ku telah mencapai puncak. Dalam dadaku yang sesak aku ingin sekali membuka isi benda bening itu dan membacanya. Perlahan aku melangkahkan kaki menuju ruangan kakak. Aku melihat mama telah tertidur pulas dengan pipinya yang basah di kamarnya. Aku tau mama menangisi kakak yang di Jepang sana. Kututup pintu kamar mama setelah ku mencium keningnya. Ku teruskan langkah kakiku, dan mulai kubuka isi benda bening lama kakakku.

Dia menulis di ribuan kertas, semuanya berisi tentang angannya. Mimpi-mimpi yang dia inginkan. Yang anehnya semua itu selalu dia capai. Bahkan aku yang ingin mengganti handphone jadulkan ini sejak SMP tak pernah bisa aku dapatkan. Keinginan kakak yang begitu dahsyat, kemauan yang begitu keras. Mungkin tak pernah aku rasakan. Anganku hanya sekedar angan yang tak mempunyai perjuangan. Tapi kenapa kakak bisa mendapatkan semua itu? Kenapa? Kenapa?

“kringggggg....!!!”

Bunyi telephone membangunkan mama yang sedang terlelap. Sekitar pukul satu malam om Indra menelpon dan memberi kabar bahwa kondisi kakak sudah semakin parah. Ku lihat mama tak menangis, mungkin air matanya sudah terkuras habis karena seharian menangisi kakak. Aku pun melanjutkan untuk membaca kertas-kertas kakak. Yang dia tuliskan adalah keinginannya agar tuhan memberikan waktu yang cukup lama pada umurnya. Tak perlu menghilangkan rasa sakitnya karena menurut kakak sakit itu adalah bahan bakar dari kendaran mimpi-mimpinya.

Telphone pun berdering kembali kali ini membuat mata mama melotot tak berkedip. Aku pun segera menghampirinya, dan mengambil telephone dari genggamannya. Ku tutup telephone, ku usap linangan air mata mama. Aku sadar arti kertas-kertas itu, bahwa mimpi itu harus hidup di umur-umurku, angan-angan itu harus dimiliki oleh hari-hariku. Jadikan mimpi itu menjadi suatu tujuan, tujuan yang membuat tubuhku bekerja keras. Sekecil apa pun mimpi itu, mimpi itu harus tetap hidup meski bernafas dalam badai. Dan kubuka kertas terakhir dari wadah kaca baru kakak yang ada di genggaman tanganku. Itu adalah tulisan kakak yang terakhir.

Terima kasih tuhan , kau masih beri aku waktu yang lama

Aku tau waktuku kini habis , sebelum aku pergi aku ingin melihat sakura

menghujaniku dengan warna yang indah

 Dan aku ingin menghabiskan sisa mimpiku bersama sakura impianku. J

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler