Skip to Content

Ujian Akhir Semester mata kuliah Keterampikan Membaca

Foto Muharomi

  Tadi siang dia duduk di sebelahku, bahkan jarakku dengannya kurang dari 1 meter. Dia menyapaku sebelum duduk dengan wajah yang agak berkeringat napas sedikit terengah-engah, meski begitu keimutannya tidak berkurang sedikitpun di mataku.

  "Aku telat ya?", ucapnya dengan napas agak berat.

  Aku mencoba menenangkannya dengan nada sok keren, "Enggak kok."Karena memang dosen pengawas masih belum menampakkan batang hidungnya.

  Kuperhatikan wajahnya dari dekat, kulihat dia sibuk menyeka keringat yang membasahi wajah dan bagian bawah hidungnya. Aku selalu membawa sapu tangan di tas, namun sepertinya agak tidak enak saja jika harus meminjamkan pada lawan jenis apalagi setelah itu akan kubawa pulang.

   Akhirnya kami mulai mengisi lembar jawaban namun pikiranku buyar dibuatnya, konsentrasiku terbagi ketika harus mengisi soal di hadapanku sedangkan ada sosok yang membuat hatiku berdebar layaknya tabuhan gendrang ada di sampingku. Beberapa kali kucoba curi-curi pandang ekspresinya ketika menemukan soal rumit membuatku senyum kecil bahkan kadang sampai terkekeh. Terkadang ujung kaki kami saling bertabrakan karena keterbatasan ruang ketika ingin menyelonjorkannya ke samping. Sepatu slip on berwarna biru usang milikku terkadang menyenggol sepatu sneakers putih miliknya.
   Waktu istirahat telah tiba, gadis itu masih duduk di tempat lalu menyelonjorkan kakinya yang tidak sengaja menyenggol kakiku untuk ke sekian kalinya.
  "Hadeuuuh capek... haus.." Ucapnya sambil memandangi langit-langit plafon kelas.
  "Nih ada air."
   Tanganku secara otomatis bergerak mencari botol air di dalam tas dan langsung kusodorkan padanya.
  "Makasih bang," Dia mengambil botol air yang biasa kusebut botol keramat karena memang sangat awet meski acap kali membentur lantai akibat kecerobohanku. Gadis itu meminumnya dengan antusias lalu setelah dia selesai minum aku langsung mengelap bekas bibir manisnya yang menempel di tempat minumku. Itu juga yang diajarkan orang tuaku ketika akan memberikan air kepada lawan jenis, bibir botol wajib kubersihkan terlebih dahulu begitupun setelahnya.
   Ya, aku menjadi orang yang bisa dia andalkan pikirku. Tapi ternyata tidak semudah itu Ferguson! Aku tau selama ini bukan aku yang gadis itu tunggu, aku bukanlah pangeran impiannya. Meski begitu aku tetap bersyukur untuk semua yang terjadi siang ini, walaupun aku bukan pangeran yang dia impikan aku tetap bersedia menjadi ksatria yang mampu melindunginya.
   Dia memang tidak bisa menjadi matahari yang bisa selalu menyinari dan menghangatkanku, namun dia tetap Senja yang indah kupandang meski hanya sebentar sampai akhirnya benar-benar tenggelam.

Komentar

Foto Muharomi

Mohon revisinya

Mohon revisinya

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler