Skip to Content

Akromatisme

Foto Nista Nihil Nadir
files/user/4145/Claude_Monet_Irises.jpg
Claude_Monet_Irises.jpg

"Belum pernah aku berjumpa dengan seorang perempuan
yang darinya kuharapkan memberiku anak,
selain perempuan (kekekalan) ini yang kucintai :
karena kumencintaimu, wahai kekekalan.
Karena kumencintaimu, wahai kekekalan . . . "
(Friedrich Nietzsche, Thus Spoke Zarathustra, 1967:272-5)

Aku membunuh Nietzsche, pagi ini, di Villandry,
Saat ia mencumbu lavender tua, kering meriang, tak jua gersang,
Akhir musim semi, dan patah hati

Sebelum binasa, aku berkata padanya;
"Wanita itu adalah seluruh resolusi absolutku atas definisi cinta."

Bunga-bunga raya.
Raya kaya; Sama saja

"Tapi bukan atas nama cinta, cinta itu hanya sebuah kata benda dalam kalimatku."
Ia takkan pernah mengerti . . .

Karena bukan kekekalan.
Bukan sore itu, di Ōtsuka, pertengahan bulan lalu, tiada aku; selalu, hanya suara, dan sorot matamu, pada bayi Semit
Dalam pelukmu, seraya berkata
"Untuk membuat dunia menjadi tempat tinggal yang lebih baik untuk generasinya . . . "

Ah April, yang lenyap dimangsa tentangnya,
Sebuah percumbuan anyir dalam niskala
Dibalut orkestra tanpa nada
Harmoni tanpa tanda tanya

Akromatisme warna melankolisme buta
Iris-iris ungu tak lagi bernyawa

Sudahlah, ia takkan pernah tahu, pukul 8.16, sabtu itu,
Dalam kelopakku, tangisderudebu;

Bunga-bunga lara.
Entah mengapa, Giverny tak lagi bermakna

Alanna.
Beserta segala; Mati saja

Karena kumencintaimu.

Aku kah yang membunuhmu?
Wahai kekekalan.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler