Jauhjauh aku terbang menghindarkan diri
Namun biola lara ini masih jua
mengikat dan mengejarku dalam melodi
Kepada samudera luas aku bertanya,
haruskah aku memecahkan karang untuk mengobati luka
pada sekujur tubuhku yang telah lelah?
Hidup, hidup ini …
Malam, malam ini …
Bukan mauku tapi harus aku menjalani
Telah panjang perjalananku terbang
Cukup telah pahit manis kucecap
Tentang keadilan dalam kehidupan
mustikah aku pertanyakan?
Menjadi seorang burung penghibur; biduan malam,
Hanya dengan suara-suara aku sampaikan luka kehidupan
Beban keluarga; tanggungjawab anak pertama;
adik yang harus sekolah; tanpa ayah; ibu yang renta
suratan, suratan ini …
hari, hari ini …
Betapa ingin aku menghindarkan diri dari segala lara ini
Namun tanggungjawab yang telah mengikat, citacita dan harapan yang secercah
membuat aku masih tegak berdiri bertahan menjalani
Bumi selalu berputar berlalu; lembar terbuang berganti yang baru
Sejujurnya mata ini takut menatap masa depan; menatap derai harapan
sebab masa depan dan harapan adalah taruhan hidup yang kejam
Aku pernah duduk di bangku sekolah
Tapi rasanya hanya hilang waktu ini
Hanya hilang pengetahuan ini
Aku hanyalah burung yang tak berdaya
Bahkan untuk orang yang menyayangiku pun, aku lemah …
Bumi tetap berputar berlalu
Lembarlembarnya terbuang berganti yang baru
Aku sedih, banyak sudah waktuku yang berlalu
Aku takut, banyak telah dosa yang pernah kukecup
Aku takut Dia membenciku; Meski aku tahu, Dia adalah Penyayang dan Pengasih
Maka kepada samudera luas aku bertanya :
haruskah aku leburkan tubuh ini agar segala dukaku menjadi tiada terasa;
segala laraku menjadi hampa
(Sekayu, Januari – 3 Februari 2012)
Komentar
Tulis komentar baru