purnamane padang
langite jembar,gumintange podo nyebar
rumangsane hati nunggu tekamu
neng bengi iki,....
dewe,....
...........................................
dan mimpi perlahan menyelinap ke puncak awan
menyambangi kidung kegelisahan
burung burung sriti mengitari mayapada
dalam serimbun puncak keresahan angin
bulan yang terang
langit yang luas
di ujungnya tertancap kegalauan
semribit angin menerobos mengucapkan rindu
yang tak mampu aku halau
mungkinkah kau tak lagi mengenaliku
sudah ku rangkai abjad namamu
di sajak ke tiga ini
namun kau ta juga datang temui aku
mengertikah kau tentang rinduku yang tak lagi bertuan
sadarkah kau sudah begitu lama aku menahan
gejolak ini
sepuluh waisya lebih rasa yang gulana
menyerga jiwa
kini,.....
kemanakah arah angin yang melayang
membawa jiwamu terbang
wahai,...laila yang karang,.....
dari waktu ke waktu
aku selalu tuliskan abjad namamu
dari mayapada di gelar para dewa
sampai suarga loka yang terhampar di ujung cakra
rinduku telah abadi
akan ku tebar gelembung gelombang aksara
untuk terus menembus karangmu
agar kau segera pulang menemui aku
seribu kali sudah aku melewati pintu rumah mu
dan aku selalu mengetuknya berulang kali
namun semua masih rapat terkunci
laila.....
kau adalah sebongkah karang yang cadas
namun aku tetap seperti rumput yang sabar
aku akan selalu membelai hangat namamu
sambil terus mengenang sketsa wajahmu
yang hampir pudar termakan waktu
kini,...
aku coba kembali mengunci diri
agar jiwa tak pergi kelain hati
dan tentang mu akan selalu ku jadikan kisah
sebelum mimpi tercipta
dan akan ku jadikan selimut kabut
di sudut subuh yang selalu menerpa gigil
Komentar
Tulis komentar baru