Harus ku kata serupa apa?
Iya, aku bodoh. Aku bodoh karena kepercayaanku sendiri. Teruntukmu.
Yang jelas sudah tak kau anggap ada, yang kepastiannya pernah memipikanmu.
Bagaimana pun juga, keseluruhan hidupku sudah terlanjur “satu” dalam mengiringi bayang-bayang milikmu. Harusnya, tak kau jadikan begini cerita yang dahulu. Yang dahulu.
Lagi, bagaimana pun juga, indera-inderaku, sentuhanku, pengandaianku, sudut-sudut hariku, tlah terbiasa denganmu.
Terbiasa dengan senyuman itu.
Terbiasa dengan potret samar itu.
Terbiasa dengan melodi-melodi itu.
Juga, terbiasa dengan usaha kerasku untuk ciptakanmu dalam kehidupanku.
Terbiasa dengan kata-kata yang penuh rahasia itu.
Terbiasa dengan ringkihan kertas yang tergores-gores oleh luka ini.
Lalu, sebegitu matinya kah pikiran yang ada padaku, kalau aku penggal sendiri aliran nafasku?
Seandainya saja, dengan ku mengerti bahwa hanya keakuanku lah kau akan teruskan babak hidupmu.
Maka, hanya keakuanku lah yang mesti kau tahankan. Hanya aku.
Atau, Bergantinya Puisi
- 1058 dibaca
Komentar
judulnya
judulnya membuat saya mengira akan banyak permainan kosa disini, ternyata tidak. :-(
maaf
Maaf, itu termasuk kelemahan saya, miskin kosa kata. Saat ini masih proses belajar. Terima kasih apresiasinya :)
starlight
Tulis komentar baru