Skip to Content

BATAM, SI MOLEK YANG SIBUK BERDANDAN

Foto Pena Hasan Bsaidi

II.  PADAMU  YANG  SIBUK  BERDANDAN

 

Batam,

kudengar  perih rintih,  nyiur  dan bakau yang digusur

kudengar  keluh lenguh,  perahu  dan sampan yang dilupakan

 

aduhai Batam tuan dan puan, adakah pernah engkau rasakan

pahitnya musim,  getirnya cuaca,  yang terpaksa mereka telan

di lautmu yang dulu mesra, ikan dan udang  kini tiada

 

Batam, 

kulihat  gundah  di mata camar- camar  yang  dipinggirkan

kusaksikan  tanjung dan pesisir,  wajah-wajah hampa dan terluka

 

aduhai Batam tuan-puan, adakah pernah engkau pedulikan 

perihnya  lambung, laranya hari   yang terpaksa mereka tahankan

di lautmu yang dulu  ramah,   kail dan jala memanen  limbah

 

sejak  teluk dan pantaimu  dibagi-bagi

nyiur dan bakau itu  terpaksa menjual keringat

menjadi buruh tukang cuci, menjadi pelayan makan hati

daun mudanya mengejar bola-bola golf, menjual  gula-gula buat para bos  

 

sejak tanah dan lautmu  dikapling-kapling

sampan  dan perahu  itu  terpaksa merubah profesi  

ada yang terpaksa menjadi kuli, menjadi satpam siang dan malam

yang lainnya  terpaksa menjadi  penyelam , menangkap  besi-besi rongsokan

 

duh  tuan-tuan  dan puan-puan

bila kau tak  tahu tukak lambung

lihatlah lambung-lambung  mereka

lambung-lambung  perahu bocor yang kehilangan laut

 

dengarlah syair keroncongan, lagu lambung kami hari-hari

lambung-lambung  sapi  yang  diperah  industri

, menjadi  budak  di negeri sendiri

 

Batam,

lihatlah ada yang bertukar judul

berganti  kemasan dan warna sampulnya

berganti photo dan iklannya, namun isinya sama saja;

“ penjajahan tak berkesudahan !”

 

Batam, 01.12.2013

 

 

Selamat Hari  Jadi yang ke  184 Kota Batam, 18 Des. 1829 -  18 des. 2013

Kotaku, kotamu, kota kita, kotakan katamu, Indonesia

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler