kendaraan dan panas pun berdesak-desakan
di simpang lampu merah waktu itu
angin mati siang ini
mataku pedih dan terluka
aku melihat sepasang bintang kecil di bawah jejeran papan iklan itu
yang laki-laki mungkin seumuran anak pak walikota sewaktu masuk sd
mengerahkan sepasang tangannya, mengelap kaca mobilmu yang mewah
yang perempuan kukira sebaya cucu pak gubernur ketika masih tk
mengarahkan sepasang matanya yang lindap
berharap dapat mengetuk pintu kasihmu
tapi tak ada matahati yang terbuka
bahkan seakan melihat hantu yang menakutkan
mobil-mobil mewah itu segera menaikkan kaca jendelanya
memastikan pintu-pintunya terkunci rapi
dan merah pun berganti warna
orang-orang dan kendaraan pun kembali berpacu
sekali lagi, ... kutatap mirisnya kenyataan
dan dengan mataku yang mulai berawan
sekali lagi kupandang kembang-kembang trotoar itu
kuperiksa perih matahatiku, kuraba lebam lukanya
, kian pedih dan mendalam
Batam, 31.01.2015
Komentar
Tulis komentar baru