Bayang-bayang yang Terbakar
Bukankah kado gagah bagi setiap lelaki itu cuma seayat manja?
Kau taukah telah kemana kabar itu habis terbakar?
Jangan pernah coba bercanda menumpuk bangkai matahari di laci lemari!
Cukup. Atau juga fosil purnama yang masih rapih kau pamerkan di teras rumahmu.
Cukup.
Sudah tak adakah lagi waktu untuk kita sempat saling memahatkan rindu?
Tolong. Hadiahi aku,
jangan lagi dengan kiriman-kiriman bisu.
Rayui aku,
jangan lagi cuma lewat radio tengah-malam yang nyaris telah tak bersuara.
Bayang-bayang yang terkurung di belakang mataku ini!
panasnya minta ampun hingga di ubun-ubun!
Akan kau biarkankah, ini terus berasap-asap?
Pekanbaru, Juli '04
(Binoto H Balian)
Komentar
Tulis komentar baru