Aku mengatup asa tentang kau dan aku—pada putaran Chandra ke II..
Menelaah sebagian pertempuran kecil yang tak mengorbankan nyawa,, namun hatiku sebagai tumbalnya ..
Aku pongah …. Nyenyak disampingmu jengah …
Selalu terkilau tentang rona Kota Bekasi yang nuansa indahnya terasa bagai nasi basi …
Orpheus mungkin telah menemukan belahan hatinya di alam keabadian
Tapi aku menyengat seribu serapah sampah darimu—
Dengan jumawa aku berkoar pada dunia …
Inilah ketololanku …
Mencintai seseorang yang doyan menghinaku … lantas akupun terus memburunya … tak ubahnya seperti orang gila …
Ke ujung nirwana aku mengumpati diriku yang begitu naif pada cinta ,,,
Kepolosan menyeretku ke dalam sejuknya roman lama dan membuaiku pada satu epilog bahwa semua kisah cinta akan berakhir sama … -- bahagia –
Hingga aku alpa terhadap tragedy berdarah sang Romeo pada Juliet nya …
Sayang ….
Inilah bait terakhir dari sajak suramku kepadamu yang terjaga …
“ bahwa aku telah terlalu bosan merindukan sesuatu yang maya …
Setelah kepergianmu ke tanah Palapa .. mungkin hatiku pun telah berangkat menuju rawa yang berbeda …
Jutaan hari aku mencari cinta yang mendamaikan rasa cinta itu sendiri …
Ku selesaikan paragraf pamungkas percintaan kita dengan tanpa air mata ..
Sebab mencintaimu merupakan suatu penderitaan untukku …
Sebab mencintaimu adalah suatu keletihan bagi jiwaku ..
Yang tak berujung …. “
Bekasi, 2 September 2009
Bekasi II
- 751 dibaca
Komentar
Tulis komentar baru