Skip to Content

Benih Haram Pada Tanah Gersang

Foto Steven Sitohang
Satu peristiwa mengintip dengan satu mata yang merah
Mengurai arti pada pengalaman berkaki pincang
Keringat menodai malam udara sejuk beraroma dosa
Rumput liar dan sejengkal aspal tempat ranting terlentang
 
Dua mata tertutup sekelibat emosi berekor layaknya iblis
Yang tersenyum puas seperti wanita dengan sisir di depan cermin
Mahalnya kepolosan terkikis menusuk inti nafas masokis
Menghembus kebusukan pada lilin merusak makna intim
 
Tiga kali Pohon Jati nan tinggi mendengar getaran bibir Cemara
Dengan bahagia dengan hati terbuka Pohon Jati mencintai kebohongannya
Cemara menangis digentayangi tatapan kecewa dan dosa kandungnya
Tangisan yang tak pernah dilihat melukiskan satu rahasia suci terdalam
 
Empat kaki meja telah rapuh dimakan rayap
Penjelasan Serbuk Sari tak lagi dari mulut
Isi hati Benang Sari buram dari segala tatap
Serbuk bertanya tanpa suara “apakah di atas meja pun telah berlumut?”
 
Hingga empat bulan kemudian mereka tetap berdiam
Waktu terus berjalan, di dalam lumpur mereka terus mencari penjelasan
Penjelasan yang tak dibutuhkan oleh pertanyaan tentang satu benih
Yang bernafas dalam persembunyian yang akan dicap haram
 
Sembilan adalah awal dari segala perjuangan, penderitaan, dan pertentangan iman
Secuil kebahagaian yang tak diundang datang layaknya gadis jelita bersama senyuman
Akhir masih teramat jauh di ujung sana dan udara terasa menusuk seperti pedang
Pada perjalanan panjang dan pelajaran tanpa kelulusan di tanah nan gersang
 
(Jakarta, 9 Maret 2017)

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler