Apa karena buahnya yang buruk dan busuk
pepohonan dan segala tetumbuhan yang menjalar
kau cangkok, kau setek dengan liar
kau rawat dengan biar?
Apa karena selera kita berbeda
agamanya juga beda, mewah dan sengsara
muda dan lanjut usia
demikiankah hati dan pikiran kita tak bisa lebih terbuka?
Rumah dan gedungmu berasal dari pepohonanku
semen, baja, timah, perak dan emas
alumunium, tembaga, perunggu dan besiku kau rampas
tanaman dan tetumbuhanku hampir seluruhnya amblas.
Tungku dan altar majelismu yang ramai
dengan tumpeng dan aneka minuman
di sana, kau nanak berasku tuk kau makan
mencaricari kesalahan dari paham bersebrangan yang kau sampaikan.
Kau masih saja, masih selalu begitu
yang tak mau
kemelaratan dan kebodohan menghampirimu
sama persis seperti hewan ternakku.
Merasa pintar dan gagah di atas mimbar
hanya untuk memperebutkan ketenaran demi duduk-duduk santai
sibuk berparade ke sana-sini menggombal
lalu bersidekap bijak seakan semuanya aman dan sudah diramalkan.
Apa karena ada diantara kita
yang tak suka kopi, tak senang memberi roti
yang tak mau peduli
kebinatangan dibiarkan menjadi-jadi?
Apa karena aku manusia, aku merasa bahwa kita berbeda?
atau, karena aku binatang
tapi berakal dan beranggapan bahwa kau yang manusia
tapi berotak dangkal, mudah lupa dan dibodohi hasratmu sendiri, ya?
-
Tangerang, 2017.
Komentar
Tulis komentar baru