Skip to Content

CATATAN BANJIR KEMARIN

Foto Pena Hasan Bsaidi

setelah puas berjalan-jalan di ibukota, ia pun pulang ke  samudera

matahari  kembali  ke istananya tapi istananya  itu telah jadi kolam pancing

dan ia  tak bisa apa-apa, hanya bisa melongo saja

 

 

di dapur-dapur  kelam yang kemarin  terendam

semut-semut  urban  sibuk merendam  airmatanya

lalu bergegas keluar sarang, membersihkan sisa lumpur di halaman

 

katak-katak loncat asyik bermain orchestra di rawa-rawa

beradu merdu di TV_TV, memperdengarkan kembali

seribu nyanyian  basi

 

matahari masih lembab, bulan pasangannya apalagi

di antara  timbunan sampah dan tumpukan masalah

tikus-tikus  kembali berkeliaran, ular-ular liar berseliweran

semakin merajalela

 

 

February menyeka matanya yang sembab, anginnya masih lara

di sepanjang bantaran sungai dan di pinggir-pinggiran sekali

rumput-rumput yang kemarin kuyup direndam hujan

terbaring  lemas  tak  bermaya

 

“banjir  kemarin bukanlah banjir yang pertama

bukan pula banjir yang terakhir”, bisiknya pada diri sendiri

 

 

“selama kita masih rajin membuang sampah sembarangan

selama raksasa-raksasa itu masih suka menggunduli bukit-bukit serampangan

selama matahari dan bulan masih suka bermain citra di balik hujan

maka aku yakin,  bila hujan tiba banjir itu juga pasti  kembali

kita  adalah  pelanggan masalah yang paling setia sedunia

pelanggan airmata nomor satu”,  gumamnya

 

angin mendehem, dingin seolah mengejek

rumput itu pun bergegas mematikan lampunya

di luar angin mendehem lagi, tapi ia sudah menutup kupingnya

ia terlelap, bermimpi mandi dengan bidadari

 

Batam, 11.02.2015

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler