Skip to Content

CHAIRIL ANWAR

Foto Beni Guntarman
files/user/2512/chairil.jpg
chairil.jpg

Kenang dan kenanglah selalu

dia yang kini terbaring sunyi

di Pemakaman Karet yang sepi

telah lahir puisi-puisi abadi dalam darahnya

yang kini meluncur dari bibir ke bibir

dari mulut ke mulut, bagi generasi selanjutnya

 

Karena kesedihannya

ia berkata: “ aku ini binatang jalang”

dalam kemarahannya

ia pun berkata:”aku adalah aku, tidak juga kau”

lebih jauh atau lebih dekat, tetap saja ia mendatangimu

dengan kata-katanya, dengan keindahan puisi-puisinya

membangkitkan kembali laut kata-katamu yang mati ombak

di jalan-jalan, di gedung-gedung kesenian yang kian senyap

sepi dari suara-suara riang, sepi dari riuhnya sebuah apresiasi

 

Maka inilah yang ditinggalkannya

gelombang panjang yang menghubungkan generasi penyair

dengan dirinya yang mati muda, dengan darah kepenyairannya

puisi-puisi abadi, tentang cinta, tentang kesunyian

tentang pergolakan jiwa, tentang pencarian jati diri, perenungan

dan hingga terlihat olehnya sebuah tempat

di mana ia ‘kan terbaring kelak

 

Kenang dan kenanglah selalu

dia yang kini terbaring sunyi

di Pemakaman Karet yang sepi

barangkali ia hanya sebuah riak, sebuah ombak

namun ia sebuah tonggak yang masih kokoh berdiri

di antara sederetan penyair ternama di negeri ini

kata-katanya melesat ke dalam pikiran, membangkitkan imajinasi!

 

*****

Batam, 2016.

 

*Puisi ini pertama kali publish di  buku antologi puisi bersama yang berjudul “Setelah 67 Tahun di Karet”, dalam rangka mengenang wafatnya Chairil Anwar. 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler