dari kotak ajaib itu
aku bisa tahu dan mengerti
aku bisa melihat
dan aku pun bisamendengar
apa yg terjadi sebenarnya
yg selalu menampilkan
wajah-wajah yg usang hati
sampai aku muak melihati
sebenarnya dari situ sudah jelas
ada orang pintar kok g' pintar
orang berpendidikan kok g' berpendidikan
orang tahu kok berlagak g' tahu
katanya kau ini orang pintar
tapi tingkah lakumu kok g' kayak orang pintar
katanya kau ini orang berpendidikan
tapi tingkah lakumu kok g' layak orang berpendidikan
percuma kau tumpuk buku-buku tebalmu itu
bagai keledai yg membopong sesuatu
saat kau dihadapkan suatu masalah
kau malah seenakmu tingkah
kau suruh aku taati hukummu
aku taati hukummu kau malah permainkan aku
sedangkan kau menghalalkan hal-hal yg haram
dan kau haramkan hal-hal yg halal
wani piro itu sudah menjadi prinsipmu
kau atau licin suatu yg ganjal
kau sembunyikan yg seharusnya kau beberkan
kau beberkan yg tak sesuai kenyataan
wani piro
sudah menguasai semua penguasa
dan mengendalikan kami
semua orang-orang biasa
orang nyolong sandal jepit
hukummu menghimpit apit
orang korupsi dan kolusi
hukummu terlalu banyak toleransi
lalu apa kau semua ingat
atas saudaramu itu bejat
yg di bacok oleh kami
karena tak sabar menunggu
harus berapa lama
kami menunggu
perkara kecil malah kau besar-besarkan
sedang perkara besar malah kau undat-undatkan
oh... dirimu... begitu panjang
skenariomu yg tertulis
dan begitu lama
sandiwaramu yg tergaris
sebenarnya kau ini lulusan apa?
sarjana hukum...?
sarjana hukum kok g' ngerti hukum
sarjana hukum kok memanipulasi hukum
sekarang aku tegaskan padamu
sudahlah kau ini jangan banyak cing-cong
gelap sarjana hukummu telah terbopong
oleh aturan-aturan hukummu yg cuma omong kosong
sampai akhirnya, semakin lama... semakin lama...
aku muak melihat kotak ajaib ini
hingga akhirnya ku hantam saja kotak ajaib ini
dan... mati...
moh. mift. ainin najib
jember_kamis sore, 8 maret 2012
Komentar
Tulis komentar baru