Hamparan langit pagi
pukul jam enam lewat
aku terdampar di tanjung, berserak mayat para petinggi
bulan di dalam cangkir mengapung bentuknya segitiga
Nirmala yang tergulung di sayap malam memakan jiwa dan ragaku
arang yang hangus termakan kelana api yang nyala
Di tepi rawa aku menyamar menjadi teratai
sambil memakul angan seberat gedung pencakar semesta
Menak Jingga terkait dalam pelangi
hujan berhenti tanpa alasan, pedang dan tombak
semacam kembang api berguguran di malam tahun baru
menandakan arti perpisahan
Damarwulan, sisip sayapku punah
di atas nisan berwarna abu
bila suara kuda tak terdengar, tapi merpati jadi sunyi
di sekitar pekarangan kampung tak berpenghuni
Refrain di jarum jam surut merajam dalam bumi
Anjasmara, saat kenangan sudah menyapu halaman
lonceng emas jatuh tiarap di lantai istana
tercebur deras di alunan nada yang jadi lumut
dan aku pun ikut juga tercebur menjadi teratai yang layu
Komentar
Tulis komentar baru