Di atas kijang tua, suatu pagi.
kau persembahkan kuncup-kuncup bunga tak bernama
kau bawa dari taman belakang rumahmu yang gersang
tak begitu indah, namun cukup wangi menghias letih pagiku
Di atas kijang tua, lembayung mewarnai langit
kuncup-kuncup bunga kautawarkan tampak merekah
indah, wangi, harum, ranum, dengan kelopak memerah
Ahhh, terpesona aku bukan karena kelopaknya
manis madu di balik itu, jelas lebih menggodaku
Di atas kijang tua, matahari garang menyerang
ganas membawa dua jiwa ke sumber mata air kedamaian
menumpahkan segala rasa dahaga mungkin tujuanmu
menimba tirta bagi jiwa pembasuh peluh adalah tujuanku
Di atas kijang tua, silaunya dari timur
genggaman hangat mengantarkan angan ke taman tanpa tuan
indah, anggun, gagah, bergelora, lembut, namun tak berbingkai
Di atas kijang tua, matahari berkawan kiblat
kau tawarkan madu yang meleleh dari bunga tak bernamamu
tanganku menggapainya, hatiku tak mampu mengganggunya
Di atas kijang tua, hari itu
kusematkan ketulusan hormatku pada taman gersangmu
dan kubiarkan kau pulang membawa angan-angan
yang luluh bersama madu yang tetap tak tersentuh
Kijang tua, jangan beritahukan kisah kami,
baik kepada angin, apalagi kepada melati dan kumbang.
Karena itulah kami.
Kulon Progo, 27 Desember 2013
Komentar
Tulis komentar baru