kampungku Kutaraja
berlangit tawar, bertanah hitam pudar
khusyuk berigau putus-putus
tembangkan hikayat indah
pendar-pendar kenangan dulu
kampungku Kutaraja
agungmu itu tercungkil satu-satu
susut satu-satu
punah satu-satu
kampungku kini sesak dan pengap
bergumul-gumul dalam gelinjang
terbata-bata, meraba-raba
pantulkan arah yang luput
lalu, pelan-pelan melarut
kampungku Kutaraja
hiruk-pikukmu sungguh sunyi
menggaruk-garuk hati kami
yang pulas dilelap
pulas terlelap
Banda Aceh, 16 Oktober 2008
Komentar
Tulis komentar baru