EMBUN DAN BAU BUNGA KOPI
Oleh: Emil E. Elip
Untung tidak Bang punya kebun kopi?
--Jangan tanya aku!! Tanya tu toke-toke!!
Lantas, mengapa Abang pliara terus kopi-kopi tua itu.
--Terlanjur disebut ”petani kopi”. Itu masalahnya!!
Bau bunga kopi pagi hari
Menjalar diseluruh lereng pegungan Gayo
Tapi aroma keuntungan,
Tidak selalu pasti hinggap di setiap petani kopi.
Perempuan-perempuan berkerudung,
Bersama embun tersembul di dedaunan
dan buah-buah kopi basah
Lereng-lereng begitu terjal. Gelap. Bahkan sangat gelap!
Aku sering tak sadarkan itu.
Ketika duduk di warung kopi ”Singgah Mata”
”Mantaapp...”, gumamku selalu
Maafkan aku.
[Takengon, Desember 2008]
Komentar
Tulis komentar baru