Pada lepas kertas, di ambang batas luas hatimu yang lembut
Mulai aku menuliskan rayuanku bilafdzil jalalah:
Aku meminangmu…
Awan-awan putih merapati kumpal daging hatimu
Memandikanmu suci dengan air yang belum menyentuh tanah
Lalu menggiringmu pada ukiran wajahmu di dinding langit timur, cipta imajiku
Kau tersenyum sipu, gerai rambutmu yang masih basah menutupi manis senyummu
Tiba-tiba aku menjadi kaku
Sekaku meja kayu di sekolah tua
Tersenyum pun aku tak kuasa
Kau telah memberiku pesona tanpa aba-aba
21102011
Komentar
Tulis komentar baru