Skip to Content

JANGAN MERASA SENDIRI

Foto Hakimi Sarlan Rasyid

api panas tak berasap telah terasa membakar

padang asing yang tak bersemak tak berbelukar

telah hangus atap rumbia rumah tua di batas senja

api tak berasap manja kepada malam agar tidak putus asa

 

jangan resah jangan gelisah meski tak berasap apimu panas

tak hanya atap tiang dinding pintu jendela terlahap panas

mata air kering lahan subur jadi gurun masih tak puas

 

di lahan bekas rumah yang hangus aku membangun gubuk baru

alasnya masih bumi yang ini dan atapnya masih tetap langit biru

jalannya kusiangi kupasang patok agar kau tak keliru

 

meski nanti aku tiada kau tidak boleh merasa sunyi

pertunjukan tetap berjalan tidak dibatasi oleh mati

saat malam terasa sangat panjang untuk sampai ke pagi

engkau tidak sendiri jika kau simpan aku di sudut hati

 

201803131110 Kotabaru Karawang

 

 

 

 

 

 

Komentar

Foto Kemirau

Terima kasih Bapak Hakimi

Assalamualaikum

Ke pangkuan Bapak Hakimi Sarlan Rasyid yang sangat saya hormati,

Saya sentiasa merasa dekat sekali dengan puisi-puisi Bapak.

Begitu menyantuni hati dan meruntun kalbu. Terima kasih Bapak Hakimi atas segala perkongsian pengalaman hidup yang sangat berharga.

Saya sangat menghargainya. Hinggakan memberi pengaruh yang besar dalam gaya penulisan saya kebelakangan ini.

Patokan #4334 cukup mengasyikkan ritmanya. Saya memohon maaf lantaran adakalanya menggayakan patokan #43342 mengambil kira digit 2 itu daripada 2 surah Al fatihah dan surah An Nas itu sendiri.

Sebagai seorang dosen Matematika saya begitu menghargai gagasan Bapak khususnya patokan #4334, #437 dan lainnya.

Terima kasih sekali lagi.

Oh ya... Saya juga amat terhibur dengan prosa Bapak antaranya, 'Botol Kulo Endi' yang cukup membuai rasa.

Syabas Bapak Hakimi.

Anak muridmu,

Mohd Nasir Mahmud (Kemirau @ Sang Murba)
https://scholar.google.com/citations?user=t2ZORncAAAAJ&hl=en

Foto Hakimi Sarlan Rasyid

43342

Mungkinkah Dia Bosan

Ada yang berubah hari ini,…. sepi
Saat Penggali kubur bekerja tak henti
Burung pewarta tak berdendang lagi
Adakah dia takut atau sekedar empati

Konon… Nyanyianmu pertanda jelek
Membuat orang berhati lembek
Takut…. Dan termehek-mehek

Berpulang adalah kepastian Tuhan
Berpulang bukanlah pilihan
Bukan karena burung kematian

Ada yang berpulang hari ini
Tapi ini bukan semata misteri
Adalah suratan takdir sang azali
Walau si pewarta tak berdendang lagi

Burung pembawa pesan
Mungkinkah dia Bosan

Cariu, 12721

Memeth Jack Jamhari menulis dengan patokan yang telah anda mulai.

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler