kala terhempas di lamun gelombang kata
aksaraku luruh dalam ruang dan waktu
melusuhkan tulang-tulang sangga penopang pincalangku nan renta
tertatih di kecup bibir pantai
bila tak mungkin berulang langkah
aku harus berhenti dari berlari
biarlah, kuseret menjauhkan sekarat ini
memupuskan kesepian dan merumahkannya
melepaskan belenggu sembilu ini
meski jendelanya terpisah ke dinding lain
di suatu tempat tak tahu di mana singgahnya
musim membilang perjalanan ini
kutemukan sandaran lelah menahun sudah
kucium wangi langit membirukan haru
sirnakan kepedihan dalam takdirku
dalam kemayaan kehendak-Nya
jendela itu kembali
Bogor, 30/06/12
Komentar
Salam sastra
yang penerapa utama narasi dalam se buah puisi. itu telah sempurna semua terimakasih da ardy
Salam sastra
Sahabat Soei Rusli,
Terima kasih atas apresiasi dan dukunganmu sahabat puisi.
Tegur dan sapamu selalu akan mewarnai khasanah sastra kita ke depan.
Salam sastra.
I like
Menyentuh dan ini yg ku butuh
thanks
Kulihat.....
Dalam rangkaian kata di puisi ini, kulihat matamu mengintip dari balik sebuah jendela, aku tak tahu di mana itu, mungkin di dalam sebuah ruang di dalam dirimu, suatu ruang yang mampu menampung seisi dunia, dan engkau berbincang-bincang dengan-Nya lewat aksara yang tersirat dan tersurat! Salam kenal bung Oscar Amran
Beni Guntarman
Tulis komentar baru