Tahukah engkau,
mengapa aku masih saja menorehkan pena,
menuliskan kata.
Terhimpun menjadi sajak yang mengisyaratkan rindu.
Meski teramat sederhana, namun sarat makna.
Kekasih, di antara butir butir embun yang mulai berpelukan, aku dapati celah untuk ruhku
menapaktilasi setiap bangsal rindu.
Engkaulah, yang aku cintai dalam hidup ini.
tak ada yang lebih indah, selain mengecap madu yang sakral darimu.
citarum, jam 10.18.16 pagi, Juli 22 2013,
ditulis dengan kerinduan yg sangat dalam, oleh seorang wanita dewasa
jauh diatas bukit /dihulu sungai citarum.
kangen II
- 759 dibaca
Komentar
Tulis komentar baru