sebuah tungku memelihara kata-kataku
setiap puisi yang lahir menjadi bom. buas dan mengiris-iris cuaca
kutimbang debu dari reruntuhan hatimu
menaburkannya sepanjang aspal, pucuk jembatan dan bibir laut
tak lantas rasa sakitmu menghentikanku
seperti ngaben* yang agung, kuharap Dewa memberi restu
menghanguskanmu dalam doa dan baris sajakku
tiada yang lebih indah dari sesaji ini
bingkai jendela menghamburkan orang-orang lewat
mereka mengenakan rambut dan betismu di tiap-tiap tikungan
mencelupkan matamu dalam rahim perempuan hamil di rumah-rumah penduduk
aku terus mengenalimu meski tak ku kehendaki
: kenangan yang liat telah meminjam sebagian siangku
meletakkannya kembali ketika subuh habis
tak henti-henti
*ngaben : ritual pembakaran jenazah dalam tradisi agama Hindu
Komentar
Tulis komentar baru