Skip to Content

Kerikil-kerikil Do’a

Foto Ach. Fauzi Pratama

Malam ini perempuan balita  datang padaku
membawa seranjang rindu
sebab ia terjamu dengan kerikil-kerikil
yang sengaja aku tasbihkan untuknya

Malam semakin ngalem, ia pun berjalan seperti amukan angin malam
menuju sarang surga dimana ia memanen pesta
“aku baru sampai di kamar,
disini gak ada orang kecuali lemari-lemari yang tengah sibuk memanen padi
aku masih ganti baju tidur,
aku ingin menutup mata,
besok pagi kubuka kembali, pergilah ke sawahmu
panenlah mimpi indah
karena malam semakin larut” ucapnya berdesir.

“baiklah cahaya, aku akan pergi ke ladang
meski tak satu selimut denganmu
pada hakekatnya aku rindu bau badanmu
besok pagi, setelah kau buka mata
aku akan mampir walau hanya sekedip waktu” ucapku

Malam ini aku sangat rindu dengannya
ingin kulipat kerikil-kerikil manis
tapi tak bisa sebab dirinya selalu menghantui
saat kucoba menutup mata
kemudian, telepon genggamku berbunyi seperti badai
saat kuraba hati terasa puas sebab dia memberiku kerikil-kerikil doa.
“aku hanya dapat mengantarkanmu di gerbang istirahatmu di pejam matamu di alunan mimpimu tapi akan ku titipkan dirimu pada Tuhanku agar selalu dilindungi dalam setiap hembusan nafasmu” katanya.

Aku tak bisa berbuat apa-apa kecuali berdo’a
dan menutup mata agar malam ini aku dan dia saling ngalem dalam satu ranjang
meski lewat dunia palsu atau mimpi.

Madura-Tempursari 2013


Puisi ini sengaja aku tulis untuk nur lathifa yang menjadi cahaya pada hari-hariku dulu

Komentar

Foto Beni Guntarman

Saya suka puisi ini....

Saya suka puisi ini, ditulis dengan penuh penghayatan dan mungkin telah mengalami proses pengendapan cukup lama sehingga menjadi sebuah karya yang matang. Mungkin juga ini cerita berlatar pengalaman pribadi. Terlepas dari itu semua puisi ini menurut saya sangat bagus!

Beni Guntarman

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler