Skip to Content

KISAHKU

Foto Farhad Shameel Abd

Disaat ku telah sampai saat ini

Semua hal jelaslah sudah bias kulayarkan

Hanya ku butuh teman bercerita tuk itu semua

Ada empat apalah itu . . .

_____________________________________________________________________

Mungkin ini anggapan semua kisahku

Waktu kita makan dengan banyak kisah

Rajutan kasih kita terus berlanjut

Kuanggap semua itu anggapan

Tak pernah ragu kita akan esok

Semua ringan bagai opini kita berdua

 

Tak terhitung senyummu diperapianku

Memang air kan selalu ada diperapian kering

Memang domba selalu beserta kisah srigalanya

Memang mata selalu jadi malaikatku

Memang opini kita selalu benar

Tak tahukah ku kalau ini tunggu akhir

Semua terlalu tiba-tiba

 

Tak tahu memang skenario tangan-Nya tak sama

Lalunya semua rajutan harus terhenti

Disini opini kita hanya berlanjut diaku

Semua kutahu ini semua anggapan itu

Kukan ingat kamu diselama ku ingat

Karna ku tahu perapian kan terus memanggilmu

 

Masih berlanjut dari akhir rajutan tadi

Dia warisi itu kepadamu

Memang telah lama kukenal

Sudah tak sing akan matamu

Rebahan dia kan jadi milikmu

Kau tahu siapa kamu itu?

Nanti semua kan jelas

 

Memang tak ada apa itu terhadapmu

Hanya dia titip kamu

Kamu itu sekarang dia

Sama halnya perapian kering selalu ada air

Kau kan disampingku selama rajutan merayu

 

Kisahku baru disini

Tapi dia masih terpanggil dalam perapianku

Hanya kamu jelma diaku sekarang

 

Kita bagai penumpang tak tahu apa

Semua disetir dia

Ku percaya akan dia

Kau kan jadi dia penuhi panggilanku

 

Disini kumulai belajar akan realitas

Ku coba pelajari semua suasana ini

Kupelajari kamu yang jelma diaku

Kukan mengerti bila rajutan dilanjutkan

Hingga tiba-tiba hampiri kembali

 

Kau terlalu saru dengan diaku

Kau berbakat jelma diaku

Hingga suka sapaku kekamu

Karena rajutan kita terus berlanjut

Dengan semua kebiasaanmu selalu jadi kamu

Hanya kuasing dikebiasaanmu

Ku terlalu terbiasa didiaku

 

Angan kita telah menyatu dan merajut

Kutaktahu kenapa tiba-tiba hampiri lagi

Selalu sedih harus diaku lagi

Tiba-tiba jadi pembunuhku lagi

Kau persembahkan rajutan di akihr pejamanmu

 

Ini tak ada dengan diaku dan kamu diaku

Ini masih asing di perapianku

Semua tampaknya tak pernah kukenali

Matamu terlalu gelap tuk memulai rajutanku

Semua tak pernah terbayang

Hanya ada apa perdayakanku

 

Permainan misteri pantaslah tuk ini

Kamu yang ini perlu banyak ku pelajari

Kamu yang ini tak pernah turun diaku

Kulihat kamupun terlalu jauh dari anganku

Hanya ada apa berdayakanku

 

Ku tak berani ambil rajutan disini

Mungkin untuk saat ini ataupun kapan

Ku masih misteri dengan apa ini

Ku takut dia dan kamu diaku masih kendaliku

Ku tak tahu harus berbuat apa

 

Yang in kamuku terlalu baru

Asing masih bisadibilang iya

Kebisaanmu tak terlalu ku tahu

Semua masih baru diaku

Hanya kau perdayakanku

 

Ku taktahu apa ini yang dikamu

Semua masih belum kupelajari

Rajut tak berani kuajak kamu

Kau tahu disini puncak bingungku?

 

Kamu pesonakanku disaat ini

Hanya kendaliku masih didiaku dan kamu diaku

Ku masih terus disisi kamu ini

Ku tak tahu bingung mengarah kemana

Disini kutak bercerita banyak

Karena ini terlalu baru diaku . . . .

 

 

Tak tahu aku dimana aku yang diaku itu

semua cerita itu masih dipuncak bingungku

kumasih yakin didiaku yang lama . . . . . .

Komentar

Foto Jazilunnazal

Karang, meski terangkut ke

Karang, meski terangkut ke dasar daratan, tak pernah sesekali ia lupa asin air lautnya. Karena, disanalah ia lahir, tumbuh, hingga akhirnya terangkut ke anah berantah, nun jauh Jakarta sana. Jazil, sahabatmu, yang pernah hidup bersamamu di dasar samudera Masaran.

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler