ya,
seperti musim-musim yang silih berganti
datang bawa aroma
pergi tinggalkan kecipak
mengering membubung
ini hitungan tahun ke empat
sangat lekat kuingat raih belia
ronce hasrat gegap
saat itu akan terulang ulang
senantiasa tepat di masa datangnya musim pengganti
kerontang yang kian garang
kau tahu, aku selalu melihatmu
pendar biru di langit kelabu
samar senyumanmu sebentar lagi meleleh
jatuh bersama rinai-rinai mengecipak lagi
membentuk kubang menyuluh segar
engkau mengitar
mengumpulkan butir demi butir menjadi tulisan merah jambu
"aku ini milik Tuhan"
mintalah jika pinang hendak kaugelar
aku tersapu gigil dan kau ulurkan peluk
hangat saat tanah mendendang ruar
akankah kau pergi lagi?
Komentar
Tulis komentar baru