Simpul tali nestapa rindu kasih
Keliaran bintang taburiku
Selanglah jua terpa nan fana
Selingan derca berketut palu sepi
Deraiku tuju pelosok relung
Tampunglah duhai kasih
Rindu sangat jembalah aku
Kapas putih sulit ku temu
Sahutkan bejana sepi berperih
Rintihlah ku disini
Harap laskar berdebu
Sungguh dengarlah deraiku . . .
Sekelabat layanglah lamunku
Akal bertulis sendiri
Sendi-sendiku berjejang hancur
Penyakit bukan, sakit terasa
Selaras benih kasih talu rinduku
Iyalah bukan ku genggammu
Rindu kau hatur diperapianku
Khayal gambar genggam tanganmu
Sungguhlah cerita ini hutan
Hutan dilahan rinduku
Dahulumu terlalu bagiku
Derai tawamu rindu kangen diaku
sobek kertas tanganku salalu
Relung ini lelahlah sudah
Ku taktahu langkah ke depan
Selimut kasar jadi mata kisah ini
Baranya rasa keluh kesuh direlung
Keraslah sungguh insan ini
Haru selalu di gunung sepi
Singa tak bersuara burung tak tertanda ada
Kerumunan labu belah tangisku
Kutanya pada sekitar
Lambatkah langkah daku?
Deraiku belumlah usai?
Kelam hitamku kapan sirna?
Malamku ini apa tak jenuh?
Sungguh laluku ini takkan tersaku
Kekanglah rasa ini dilahanku
Lahan luruhnya hati di relung
Lahan sepinya diramai kesuhku
Lahan jelajahku berkelambu malam
Kilat hujan tak pernah basah
Kering ramaikan sepi rindu disini
Seutas surat ku benangkan kedikau
Harap kan“sentuhlah dia”
Iyaku benang ini kan terbang
Rinduku layang derai lahanku
Sepalah secercah bait ku nandungkan
Sunyikan malam, pelosokku bergetar
Kapankah waktu makan lahanku?
Ku tunggu disini alunkan sepi
Hanya ingin kau dilahanku
Sapu segala rindu dercitan terus berdera
Waktukan bawa kau ke haluanku . . .
Komentar
Tulis komentar baru