Skip to Content

LAUTAN AIR MATA

Foto mahyut z.a. dawari

Di selasar negeri Serambi Mekkah kita bertukar pandang. Luas padang dan puing

menimbun para pendulang nyawa dalam sekejap. Merentet ke selatan bau amis memenuhi

udara pekat oleh liur belatung dari mata, telinga dan sekujur badan tak kita kenal. Aku

berteriak dalam suara tertahan. Hanyut dalam lautan air mata tanpa sadar terbawa ke muara duka

nestapa tak berujung hingga hari ini. Kita saksikan peristiwa-peristiwa menggigit di ujung mata

rakyat jelata mencari keadilan yang dibenam ratu adil. Jagat tak lagi aman ditinggali musim

 

badai gemas meniup bencana. Di dada yang kedap lolongan kita simpan itu peristiwa. Bilur-bilur

doa tak berbuah tangkal, meranggas sebelum menembus singgasana arsy. Jika dalam gurat garis

tangan yang menyimpan api sesat cukuplah empunya tertulah. Kita menelan kecewa sebabnya

azab tak mengenal siapa. Dengan sinis dilantakkan dendam penuh amarah. Tak ada pilihan

kita berenang megap-megap dalam lautan air mata sedang tepian tak kunjung tampak.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler