Letih!
Demi sejuta tetes detik yang telah mengubur kita!
aku nyaris takluk. Meringis seperti sedenting tangis-tragis.
Sebab cuaca melebihi pabrik kertas yang tak henti menghajar.
dan tak sadar jika raga kita telah terbubur. Terbujur
melebihi hancur yang paling hancur.
Demi sepuing mimpi!
harus kah aku ampun atau terbunuh?
Aku: bukan debu waktu. Bukan puing.
Bukan cuma arang yang harus nyerah.
Barang kali, kita sedang letih.
Tertatih. Ini malam. Dan aku
harus segera berobat
pada segelas alkohol ;
Komentar
Tulis komentar baru