di jalanan sempit itu, lewati batas trotoar
cahaya lampu tak redup di sebrang sana
diantara malam yg larut, tak ada kabut.
hanya suara injakan sepatu memantul lalu
gemuruh dan antrian itu, tak ada: tawa, sapa,
di pembatas halte itu, aku melihat cahaya
dan sesekali memandangi wajah-wajah semu
seketika, sekawan anak sekolah meramaikannya
seperti melukai, pun memerhatikannya
di antara kerumunan, dekat pintu halte itu
suasana keluh mulai nampak padaku
pegal... bisikku, bukan hanya aku
langkah gontai sesekali saja,
perlahan saling mengingat
malam sudah semakin larut
kapan harus beranjak?
menunggu bis kota
tanpa keringat dan
antrian
2013
Komentar
Tulis komentar baru