Membaca Takdir
By : Rizal De Nasution
Menyusuri rel senja itu
Rerintik hujan keperakan di ujung rambutmu
Jemari yang mengait pertamakali
Sejak kata tak hanya membangun mahligai
Di atas gulungan cinta
Yang kita bangun perlahan
Penuh kesyahduan dalam guratan pena
Bagai puisi, nyanyian jiwa melantunkan senandung
Yang merebahkan benih rasa
Yang lama terpendam
Kini, kita susuri jalan itu tak bersendirian
Engkau genggam jemari lentihku
Di bawah rintik senja
Tetapi membakar tali jiwa
Di taman hati yang mekar kini
Seperti jalan kota yang mulai lengang,
Menyusuri lorong gang
Tak kan lepas genggaman itu sampai di pintu pagar
Saat harus kulepaskan hangatmu pelan-pelan
Namun hadirmu sepanjang malam, sepanjang nafas
Ah, cinta itu membuat lupa
Membuat bayangan demi bayangan tiap sudut
Hanya wajahmu,
Detak waktu mengajarkan kita kian dewasa,
Jarak dan tempat tak lagi dekat
Seperti persandingan rel kereta yang hanya diam,
Hujan jua kinii,
Tetapi hujan kian tajam jatuh di pelupuk mata
Jemariku menyentuh pucuk kenangan
Tumbuh satu-satu,
Dalam kesunyian air mata
Bandung, 2020
Komentar
Tulis komentar baru