Aku melipat jiwa yang lusuh kemarin di sepertiga kilometer
Lebam segala jalan kulintas tepian hutan cemara berjejer
Seakan ikut menatap kaki mengisut terus bertengger
Di retak tanah yang sehabis perginya mentari tersendeng
Dengan berkaca pada wajah rembulan berpucat pasih
Sehabis purnama memetah menudung raut bumi
Sebegitu jua lara cinta ini seumpama basih
Yang tak pernah raih menggenggam nasib
Pada lantunan elegi ini yang tiada pendar mengais
Ku hirup riak gelombang, menunggu titis sang gerimis
Untuk meniti cinta di kelopak embun, walau
Sejenak menawarkan dahaga kian berkekompangan
Waktu terus melesap, serupa anak panah sang dewi kinasih
Menghujam perut langit, ranting – rangtingpun patah gemeretak
Tetapi aku masih berdiri di bawah pohon gaharu tua
Menunggu sebuyung embun menetes , satu-per satu:
@rskp, 20092015,,,, Jakarta
http://www.kompasiana.com/serpihankelana/meniti-cinta-dikelopak-embun_55...
Komentar
Tulis komentar baru