Buat Mei Lin
kaukah itu wahai gadis
yang menjelma di setiap pengembaraan cintaku
yang menjelma di setiap derak nafasku
yang menjelma di setiap peraduan sepiku
telah ke mana kau bawa segala mimpiku
dengan nyanyian cinta yang terdendangkan
aku kini berada dalam sepi
kehilangan yang tak tentu tepi
di mana aku cari jejak langkah senyummu
yang membiusku dalam khayal
adakah kau percaya
jika rinduku masih berkelana hingga ke ujung samudera
yang mengharungi jejak-jejakmu yang tertinggal
di deretan-deretan kerikil yang hanya bisa bisu
di halaman kampus itu
tapi begitu berartikah rindu ini
dalam ruang sekejap aku kehilanganmu
dalam ruang sekejap aku mengenalmu
dalam ruang sekejap aku menatapmu
dengan begitukah datangnya cinta
dengan begitukah datangnya rasa
dengan begitu jugakah hadirnya luka
di sini seperti aku kehilangan
deretan-deretan baris sajak
deretan-deretan baris puisi
rentetan-rentetan ide
rentetan-rentetan laju kehidupan
lewat nyanyian sebentuk seloka ini
ingin aku titipkan tanya
“hanya kepunyaan-Nyakah setiap keabadian...
hanya kepunyaan-Nyakah setiap mukjizat...
hanya kepunyaan-Nyakah setiap nyawa...
dan hanya kepada-Nyakah semua ini berakhir?”
jika, ya
kuharap cintaku tak hanya pada-Nya
kuharap keabadian cintaku tak melulu pada-Nya
dan kuharap nyawa cintaku tak juga hanya untuk-Nya
demikian pula dengan mukjizat cintaku
tapi cintaku ingin kulabuhkan padamu
tapi keabadian cintaku juga kepunyaanmu
tapi nyawa cintaku juga hidup di sanubarimu
tapi mukjizat cintaku kau rasakan pula
aku ingin
aku mengakhiri semua denganmu
menghabiskan usia di dekapanmu
menghabiskan cinta di dekapanmu
menghabiskan rindu di dekapanmu
mengakhiri keabadian di dekapanmu
mengakhiri mukjizat di dekapanmu
aku juga ingin aku
kembali pada-Nya dengan air matamu
melepasku pada-Nya dengan segenap cintamu
melepasku pada-Nya dengan segala rindumu
melepasku pada-Nya dengan segala kehilangan
yang pernah kau miliki
(2008)
Komentar
Tulis komentar baru