Skip to Content

NYANYIAN TERAKHIR PEMANDU LAGU

Foto infernalkiss

: pemandu lagu itu di boking keadaan.

 

diroom karaoke,  remang kembali memberi kabar

tentang nasib dan perjudian yang bergeliat dalam samar

juga pertaruhan yang menawarkan banyak khayalan

namun kemenangan, seperti membaca takdir lewat guratan garis tangan;

ah, apa ada yang pasti didunia

seribu catatan, merangkum kisah sepanjang hayat manusia

kita akan slalu menjadi orang yang memiliki harapan dan kehilanganya

 

malam gemerlap pun menjadi malam yang sesungguhnya

bagimu, perempuan yang slalu menitipkan mimpi pada bingarnya;

nikmatilah, sebelum pesta harus berakhir!

ketika kita bisa menenggak bergelas – gelas vodka

ketika dunia kepadamu melambai untuk kekalkan kemabukan

dalam fana yang slalu meyakinkan akan adanya kebahagiaan

bagaimana kita bisa sepenuh percaya,

pada sesuatu yang slalu tersembunyi dibalik misteri;

panas neraka, damai surga dan segala kegaiban janji – janji

hanyalah baka,

hanyalah luka

 

lalu  kau nyanyikan sebuah lagu, memutlakan kemeriahan

katamu itu tembang tentang kehidupan

tapi aku dengar hanya langgam suara yang enggan,

irama kacau, nada yang tak pernah bisa menghapal notasi

dilirik awal, hingga nafas penghabisan

 

musik terus mengalun, mengeja bunyi – bunyi hati

sebuah simponi terbaca dengan seribu arti

namun hanya memekakan gendang telinga,

dan berakhir seperti gumaman

menghilang, tanpa meninggalkan sekenang kesan

 

 

*

 

malam telah larut, bersama juga dengan jiwamu

dalam gairah sundal, hasrat sesaat itu

dan pergumulan panjang yang merambati waktu;

seluruh yang kau kenakan pun ditanggalkan

telanjang. di tubuhmu, ada luka yang amat aku kenal

seperti memungut kembali lembar lembar usang

yang perna aku robek dibuku harian

 

yang kasat, hanya menatap tak pasti

bilur – bilur berwarna legam itu mungkin merih yang tersisa

sebelum mati, dan kau tak mau mengerti.

 

 

*

 

kau menjemput segala geletar dalam gegas demikian lekas

mengukir jejak dari keindahan ke keindahan yang bertaut batas

 

namun, laksana mentari yang merambah gugusan hari

untuk melukis cakrawala dengan warna yang sempurna

dari dua ufuk langit; dari kutub barat dan timur daya

dari pagi yang membentangkan fajar

menuju senja yang menawarkan lembayung dengan warna merah pijar

bayangan slalu mengikuti kemana cahayanya pergi

hitam yang pekat, begitu lekat

seperti penat dalam stagnat

 

 

*

 

dalam nasib dan perjudian, waktu hanyalah sembilu

tapi kau terus menancapkanya lebih dalam, ke dasar

dada yang berdegup untuk memuja hasrat meliar

seperti membangun pusat kota di batin,

menjual asal usul untuk masa depan.

Apakah sesungguhnya kamu tahu yang kamu inginkan?

 

saban hari pun melulu merekahkan luka yang parah.

nganga, tak ada yang dapat memastikan seberapa sakitnya perih

bahkan tangis itu tak memberi jawaban, hanya merupakan bukti,

bahwa dalam hidup, tidak ada yang lebih dinanti selain mati.

 

maka engkau hitung setiap detak jarum jam, yang terus memutar

nada – nada kehidupan dengan hasrat yang menggeletar

seperti alam yang menanti perguliran musim dalam kemarau panjang

dengan sebuah keyakinan, akan hadir iklim yang lindapkan gersang

 

namun mimpi, hanya berakhir sebagai mimpi

pohon – pohon rangganya telah mati sebelum datang semi

 

 

*

 

Benarkah, dalam gemerlapnya kehidupan hanya ada tawa?

kau tak menunggu jawaban, hanya lenguh panjang

dan memimpikan subuh lekas menjelang

untuk membujuknya pulang, lalu menghilang

dalam bayang, dalam lengang.

 

dan bernyanyi di kehampaan

hingga tak ada lagi lagu yang bisa disenandungkan

 

 

 

 

 

Komentar

Foto edi sst

lumayan mengiris

Wuih, kata-katanya lumayan mengiris, Mas
great imagination

salam ... :)

Foto Sige

salute

dua ibu jari tangan buat anda

Foto bangts

bangts

"menghilang, tanpa meninggalkan sekenang kesan" kalimat ini aku suka
OK !!

Foto Iyan Ariyanto

Keren

Keren banget mas,,,

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler