Pagi ini aku menyisir rambutku ditemani segelas kopi
Manis,
Cuit gagak hitam saja berseri sekali
Pagi ini kepul asap kopi membawaku pada peta dan berita
Mungkin,
Aku buruh yang dililit ular oligharki demokrat
Pagi ini aku berpikir kalau masa lalu dalam tinta emas atau guratan batu
Bicara fakta tak pernah kelu, dan megalomania manusia selalu menulis masa baru
Dalam jelujur kerikil batu yang oleh angin saja bisu
Pagi ini negaraku menyambut mentari, Indonesia negara kita
Katanya,
Zamrud khatulistiwa enam derajat lintang utara, peduli siapa?
Pagi ini aku melihat
Nista pol pot dan khmer merah lama terbaring kaku menjadi hara
Kembang makam putih yang indah ceria
Pagi ini ibuku menggaruk ubanya, sorot matanya tajam
Menyidak sahabat sereh dan merica
Ah ya, dia telah menjelma menjadi negara besar disana
Pagi ini mungkin Aung San menjadi diktator demokratik
Dan Raja Bhumibol sudah bersayap sembilan Rama
Mereka lupa,
Kakek buyut mereka dulu saling membusungkan dada
Pagi ini jam terus berputar
Memutari pulau gedung yang dicekam tenggelam, dan disana
harimau tanjung terus saja mengayunkan kukunya
Dan para sultan duduk manis
menyeruput emas hitamnya
Pagi ini paman ho dilangit bertepuk tangan menonton tetesan
Keringat buruh dikepulan deru deru pabrik
Sementara tetangganya sepertiga hispaniola
Bermain gitar, dan bersalam senorita
Pagi ini janji setia adik kecil kita dibakar dan
Ia berpindah atap, padahal diluar panas dan liar
Pagi ini matahari sudah keluar dari peraduanya
Jarum jam sudah bergeser dan aku sedikit telat berangkat kerja
Pagi ini aku akan mendengar rupa rupa kisah opini dan fakta
Dari rupa rupa wajah tenaga impor negeri tetangga.
Komentar
Tulis komentar baru