Rizal De Nasution
Pada udara yang diam-diam merasuki sukma
lampu malam meredup, antara reranting lembab
Namun pelukan bertaut, sebuah bangku mengisah romansa
Di depan rel-rel itu, langah lunglai tak ingin cepat merayap
Walau rinai menghias mahkotamu,
Namun hangat meracuni sukma-sukma kita
Yang dirajut cinta
Kini, ku kisahkan pada bangku itu
Setelah berabad engkau lipat seluruh kenangan
Di altar dengan gaun putih terjuntai,
Dan aku hanya ingin, selembar saja diary itu
Yang kau sisakan, di sisa usia yang keperakan
Hidup adalah prasasti yang ditulis tangan-tangan tuhan
Untuk menyukuri, bukan menyesali.
Membalutkan luka-luka menjadi doa
Dan ayat-ayat suci telah kumantrai bait keikhlasan itu
Sejak sinar matamu penjarakan sukmaku
Bandung, November 2020
Komentar
Tulis komentar baru