jika puisi adalah pisau tajam
maka nasib akan menjadi seonggok daging
yang bisa dicincang, kemudian diramu
jadi seporsi lezat makanan
jika puisi adalah sendok bersih
maka takdir akan menjadi semangkuk bubur
encer yang bisa disuapkan ke dalam
mulut bayi lapar, yang menganga setiap saat
jika puisi adalah garpu
maka perasaan akan menjadi meja
tempat meletakkan nasib dan takdir
untuk dinikmati ataupun disesali
tetapi sayang,
puisiku bukanlah pisau tajam
bukan pula sendok bersih
apalagi piring nampan,
sebab,
puisiku adalah ruang pribadimu
(medio 2011)
Komentar
Tulis komentar baru