Tampil di layar TV bagai lakon lenong Setu Babakan
Entah lupa bahwa ada yang menangis terbunuh Nasib
Ketika wajah Melankolis menjadi sihir bagi jelata yang tragis
Kursi dari mengkilapnya mobil mewah mengempaskan para pejalan tua
Senda gurau dari Rumah Merdeka Barat kian sumbang ditelinga pinggiran
Ketika asap jarang terlihat saat itu lambung merintih
Saat malam mencekam pisau jalan mencari makan
Ketika suara dibungkam semua mata jadi gelap semua dengar akan disumpal
Nista nian babu di Singgasana sang tuan
Entah kambing hitam atau serigala hutan
Sajak menamakannya "Presiden Cengar-Cengir"
Komentar
Tulis komentar baru